# HIPOTESIS: JIKA PNI-FRONT MARHAENIS RAIH 10 KURSI DI PEMILU 1999, BERAPA PEROLEHAN KURSI PARTAI-PARTAI LAIN?
## Pendahuluan
Pemilu 1999 adalah tonggak penting dalam sejarah politik Indonesia. Pemilu ini merupakan pemilu demokratis pertama setelah berakhirnya rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto selama lebih dari tiga dekade. Pemilu ini diikuti oleh banyak partai politik baru yang bermunculan pasca reformasi 1998, memberikan pilihan yang lebih beragam bagi pemilih Indonesia. Termasuk bangkitnya partai partai lama di era Bung Karno dalam hal ini PNI (Partai Nasional Indonesia-Front Marhaenis).
Dalam konteks ini, menarik untuk mengajukan sebuah hipotesis: Jika PNI-Front Marhaenis (Partai Nasional Indonesia) berhasil meraih 10 kursi di DPR pada Pemilu 1999, berapa kira-kira perolehan kursi partai-partai lain? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mempertimbangkan beberapa faktor seperti sistem pemilu yang digunakan, distribusi suara partai-partai lain, serta dinamika politik pada masa itu.
## Latar Belakang Pemilu 1999
Pemilu 1999 menggunakan sistem proporsional dengan daftar terbuka. Artinya, pemilih memberikan suaranya untuk partai, dan kursi di DPR dibagi berdasarkan persentase suara yang diperoleh partai-partai tersebut. Indonesia dibagi menjadi beberapa daerah pemilihan, dan setiap daerah pemilihan memiliki sejumlah kursi yang diperebutkan.
Beberapa partai besar yang ikut serta dalam pemilu ini antara lain adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). PDI-P, di bawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri, berhasil meraih suara terbanyak, diikuti oleh Partai Golkar yang sebelumnya mendominasi politik Indonesia selama Orde Baru.
## Hipotesis dan Analisis
### Asumsi Dasar
Untuk membangun hipotesis ini, kita perlu membuat beberapa asumsi dasar: