### Pendahuluan
Peran kepala negara adalah isu penting dalam diskusi politik dan ideologi. Dalam konteks Islam dan Marhaenisme, perspektif terhadap kepala negara mencerminkan nilai-nilai dasar masing-masing ideologi. Artikel ini akan membahas bagaimana kedua pandangan ini memandang kepala negara, serta kesamaan dan perbedaan yang muncul dari kedua pendekatan tersebut.
### Pandangan Islam
Dalam Islam, konsep kepemimpinan sering dikaitkan dengan nilai-nilai keadilan, tanggung jawab, dan pelayanan kepada rakyat. Pemimpin dalam Islam, sering disebut sebagai "khalifah" atau "amir," bertanggung jawab untuk menegakkan hukum syariah dan memastikan kesejahteraan umat.
1. **Keadilan**: Kepala negara harus adil dan tidak memihak, memastikan semua warga negara mendapatkan hak-hak mereka sesuai dengan hukum Islam.
2. **Amanah dan Tanggung Jawab**: Pemimpin dipandang sebagai penjaga amanah rakyat. Ia harus bertanggung jawab atas kesejahteraan sosial, ekonomi, dan moral masyarakat.
3. **Kepemimpinan Berbasis Syura**: Dalam Islam, musyawarah (syura) adalah elemen penting dalam pengambilan keputusan, menekankan pentingnya konsultasi dan partisipasi masyarakat.
### Pandangan Marhaenisme
Marhaenisme, yang dicetuskan oleh Soekarno, adalah ideologi yang menekankan kemandirian rakyat kecil, atau "Marhaen." Konsep ini mencakup ekonomi, sosial, dan politik dengan fokus pada kemakmuran dan kedaulatan rakyat.
1. **Kedaulatan Rakyat**: Kepala negara dalam pandangan Marhaenisme adalah pelayan rakyat yang harus memastikan bahwa kepentingan rakyat kecil dilindungi.