Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Marhaen dan Wong Cilik Itu Dua Hal yang Berbeda

24 Juni 2024   09:46 Diperbarui: 24 Juni 2024   09:53 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wongcilikmelekdigital.com

# Marhaen dan Wong Cilik Itu Dua Hal yang Berbeda!

Dalam percaturan politik Indonesia, istilah "Marhaen" dan "Wong Cilik" sering kali digunakan secara bergantian untuk merujuk kepada kelompok masyarakat kecil atau kelas bawah. Namun, pemahaman yang lebih mendalam menunjukkan bahwa kedua istilah ini memiliki latar belakang historis dan filosofis yang berbeda. Artikel ini akan mengupas perbedaan mendasar antara Marhaen dan Wong Cilik, serta relevansinya dalam konteks politik dan sosial di Indonesia.

## Sejarah dan Asal Usul Marhaen

Istilah "Marhaen" pertama kali diperkenalkan oleh Soekarno, presiden pertama Indonesia, pada awal perjuangannya melawan kolonialisme. Dalam suatu perjalanan di pedesaan Jawa Barat, Soekarno bertemu dengan seorang petani kecil bernama Marhaen. Petani tersebut memiliki sepetak tanah, alat pertanian, dan hasil pertanian yang cukup untuk menghidupi keluarganya, namun hidupnya tetap miskin. Marhaen menjadi simbol bagi Soekarno untuk menggambarkan kondisi rakyat Indonesia yang secara ekonomi mandiri tetapi tetap miskin karena ketidakadilan sistem kolonial.

Konsep Marhaenisme yang dikembangkan Soekarno didasarkan pada gagasan untuk membebaskan rakyat dari penindasan, baik oleh kolonialisme maupun kapitalisme. Marhaenisme menekankan pentingnya kemandirian, keadilan sosial, dan pemerataan kesejahteraan. Soekarno menggunakan istilah ini untuk merangkul kaum buruh, petani, dan nelayan, sebagai kekuatan utama dalam revolusi sosial dan ekonomi.

## Wong Cilik: Istilah dan Konteks Budaya

Di sisi lain, istilah "Wong Cilik" berasal dari bahasa Jawa yang secara harfiah berarti "orang kecil". Istilah ini digunakan dalam konteks yang lebih luas dan lebih umum untuk menggambarkan masyarakat kelas bawah yang hidupnya penuh dengan keterbatasan dan tantangan. Wong Cilik mencakup buruh, petani, pedagang kecil, dan masyarakat marginal lainnya yang sering kali terpinggirkan dalam sistem sosial dan ekonomi.

Wong Cilik tidak memiliki muatan ideologis yang kuat seperti Marhaen. Istilah ini lebih banyak digunakan untuk menggambarkan realitas sosial sehari-hari tanpa mengaitkannya dengan agenda politik atau ideologi tertentu. Wong Cilik adalah representasi dari mereka yang berjuang untuk bertahan hidup di tengah ketidakpastian ekonomi dan kurangnya akses terhadap sumber daya dan peluang.

## Perbedaan Filosofis dan Ideologis

### Marhaen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun