Pemilihan Umum Parlemen Eropa 2024 yang akan digelar 6-9 Juni ini semakin mendekat dan berbagai partai politik dari seluruh benua bersiap untuk meraih suara sebanyak mungkin. Namun, satu tren yang menonjol dan mengundang perhatian serta kekhawatiran adalah meningkatnya popularitas partai-partai sayap kanan. Fenomena ini tidak hanya menunjukkan perubahan dalam lanskap politik Eropa, tetapi juga mencerminkan ketidakpuasan yang meluas di kalangan pemilih terhadap status quo.
#### Latar Belakang
Pemilihan umum untuk Parlemen Eropa, yang diadakan setiap lima tahun sekali, memberikan kesempatan bagi warga Uni Eropa untuk memilih anggota parlemen yang akan mewakili mereka di lembaga legislatif Uni Eropa. Pemilu ini sangat penting karena kebijakan dan legislasi yang dihasilkan oleh Parlemen Eropa berdampak langsung pada kehidupan lebih dari 500 juta warga di 27 negara anggota Uni Eropa.
#### Meningkatnya Popularitas Partai Sayap Kanan
Dalam beberapa tahun terakhir, partai-partai sayap kanan di Eropa mengalami lonjakan dukungan. Faktor-faktor seperti krisis migrasi, ketidakstabilan ekonomi, dan ketidakpuasan terhadap birokrasi Uni Eropa telah memberikan lahan subur bagi retorika populis dan nasionalis yang diusung oleh partai-partai sayap kanan. Partai-partai ini sering kali mengkampanyekan kebijakan yang menekankan kedaulatan nasional, pembatasan imigrasi, dan kritik terhadap integrasi Eropa.
#### Ancaman dan Tantangan
Kenaikan partai-partai sayap kanan ini dianggap sebagai ancaman oleh banyak pihak. Berikut adalah beberapa alasan mengapa hal ini menjadi perhatian serius:
1. **Kebijakan Anti-Imigrasi**: Banyak partai sayap kanan mengusung kebijakan yang sangat ketat terhadap imigrasi, yang dianggap dapat memperburuk hubungan antar etnis dan menghambat upaya integrasi sosial di Eropa.
2. **Erosinya Nilai-Nilai Demokrasi**: Beberapa partai sayap kanan memiliki pandangan yang bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi liberal, seperti kebebasan pers dan hak asasi manusia. Kenaikan partai-partai ini bisa mengarah pada peraturan yang lebih otoriter dan pembatasan hak-hak individu.
3. **Disintegrasi Uni Eropa**: Banyak partai sayap kanan skeptis terhadap Uni Eropa dan mendukung kebijakan yang dapat melemahkan integrasi Eropa. Hal ini termasuk dorongan untuk keluar dari Uni Eropa (seperti Brexit) atau mengembalikan lebih banyak kekuasaan kepada negara-negara anggota, yang dapat mengancam keberlanjutan proyek Uni Eropa.