Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Flexing Itu Bagian dari Penindasan Manusia Terhadap Manusia: Analisa Marhaenisme

27 Mei 2024   16:00 Diperbarui: 27 Mei 2024   16:26 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://katadata.co.id/infografik/620ccf5348c7f/flexing-si-tukang-pamer-di-media-sosial

Flexing, atau pamer kekayaan dan kesuksesan secara berlebihan, menjadi fenomena yang semakin marak di era media sosial selama ya kurang lebih dari 3 tahun terakhir ini. Dari pamer mobil mewah hingga gaya hidup glamor, flexing sering kali dilihat sebagai cara untuk menunjukkan status sosial dan keberhasilan pribadi. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, fenomena ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan mencerminkan bentuk penindasan manusia terhadap manusia lainnya, sebagaimana dapat dianalisis melalui lensa Marhaenisme.

### Konsep Marhaenisme

Marhaenisme, sebuah ideologi yang diperkenalkan oleh Soekarno, berakar pada pemahaman tentang ketidakadilan sosial dan ekonomi yang dialami oleh masyarakat kecil, yang disebut Marhaen. Marhaenisme mengusung semangat perlawanan terhadap penindasan oleh kaum borjuis dan mengedepankan keadilan sosial, kemerdekaan, dan kemandirian rakyat kecil.

### Flexing Sebagai Bentuk Penindasan

Dalam konteks Marhaenisme, flexing dapat dilihat sebagai manifestasi dari ketimpangan ekonomi dan sosial yang semakin menganga. Fenomena ini tidak hanya memamerkan kekayaan, tetapi juga mempertegas garis pemisah antara yang kaya dan yang miskin, menciptakan hierarki sosial yang merugikan kaum Marhaen. Berikut adalah beberapa aspek yang menunjukkan bagaimana flexing menjadi bagian dari penindasan:

1. **Eksploitasi Psikologis**: Flexing menciptakan tekanan psikologis bagi mereka yang kurang mampu, membuat mereka merasa rendah diri dan tidak berharga. Rasa minder ini dapat menurunkan semangat juang dan produktivitas kaum Marhaen, yang seharusnya diperjuangkan untuk peningkatan kesejahteraan mereka.

2. **Komodifikasi Kehidupan**: Flexing sering kali mengubah aspek-aspek kehidupan menjadi komoditas yang bisa dipertontonkan. Dalam perspektif Marhaenisme, ini adalah bentuk eksploitasi yang mengalienasi manusia dari nilai-nilai kemanusiaannya, memaksa mereka untuk melihat kesuksesan dari kacamata materialistik semata.

3. **Pengalihan Perhatian**: Flexing mengalihkan perhatian masyarakat dari masalah-masalah struktural yang mendasari ketimpangan sosial. Alih-alih berfokus pada perjuangan untuk keadilan sosial dan ekonomi, masyarakat terjebak dalam perlombaan tanpa akhir untuk mencapai status sosial melalui konsumsi barang-barang mewah.

### Dampak Sosial dan Ekonomi

Flexing memiliki dampak yang luas, baik secara sosial maupun ekonomi. Secara sosial, fenomena ini memperdalam jurang ketidaksetaraan dan memperlemah solidaritas sosial. Orang-orang cenderung melihat satu sama lain sebagai pesaing dalam perlombaan material, bukan sebagai sesama manusia yang perlu saling mendukung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun