One Direction tampil di Jakarta. Itulah salah satu berita yang menghiasi Indonesia saat ini. Apa yang menarik dari konser ini?
Boyband yang lahir dari ajang X-Factor musim ke-7 tahun 2010 ciptaan Simon Cowell ini memang tidaklah jauh beda dengan boyband-boyband masa lalu semisal New Kids on The Block, Backstreet Boys, Westlife dll. Suara yang khas dari masing-masing personnel dibungkus dengan tampang dan body yang menawan yang ditunjukkan melalui koreografi enerjik. Selesai di situ? Tentu saja tidak, barang yang bagus dan sudah dikemas dengan bungkus yang menarik belum tentu laku dijual. Jurus marketing-lah yang membedakannya.
Simon Cowell adalah salah satu orang dibalik kesuksesan boyband asal Britania ini. Grup yang beranggotakan Niall Horan, Zayn Malik, Liam Payne, Harry Styles dan Louis Tomlinson ini dikontrak label rekaman Syco Records milik Simon Cowell. Maka strategi pemasaran yang jitu diterapkan termasuk meluncurkan buku One Direction: Forever Young (Our Official X Factor Story) kemudian dilanjutkan dengan One Direction merilis Dare to Dream: Life as One Direction dan dua-duanya sukses sebagai buku terlaris di Sunday Times Bestseller tahun 2011. Belum lagi One Direction 2012 Calendar yang dinobatkan sebagai penjualan kalender terlaris sepanjang masa menurut Amazone.com. Belum lagi kegiatan-kegiatan amal sebagai selingan tour konser mereka yang sudah barang tentu memberikan efek yang luar biasa baik terhadap penggemar maupun orang awam sekalipun.
Mereka bisa buat buku? Mereka bisa buat kalender? Tentu bukan mereka yang membuat. Manajemenlah yang punya kreatiifitas untuk menciptakan support product untuk mendukung bisnis boyband ini dan terus mencari peluang untuk memasarkan brand name boyband ini.
Boyband ini juga punya perangkat media sosial yang menjadi penghubung dengan para fans seperti official website sebagai situs resmi grup mereka, twitter, facebook dll. Tengok saja official websitenya, sederhana tapi menarik. Selain jadwal konser dan album yang mereka jual, tersedia juga berbagai macam merchandise yang mereka jual, seperti klub sepakbola saja. Dan nilainya pun mungkin tidak kalah dengan bayaran konser di Indonesia.
Kita bisa bayangkan, berapa trilyun Rupiah yang mereka keruk dari tur dunia sepanjang tahun. Seperti dilansir dalam website mereka, jadwal tur 2015 sudah sangat padat, mulai Afrika, Asia dan Amerika Utara. Konser di Indonesia saja dengan jumlah penonton 50 ribu dan harga tiket setengah juta sampai 2,5 juta Rupiah, maka diperkirakan panitia bisa meraih pendapatan sebesar 150 Milyar. 1D, Simon Cowell dan panitia sudah pasti untung besar dari pagelaran konser di Inonesia ini.
Itulah yang membedakan dengan ajang idol-idolan di Indonesia. Barang sama tetapi kemasan dan kepiawaian seseorang seperi Simon Cowell lah yang mungkin tidak ada di negeri ini. Rasa-rasanya prestasi seorang Fatin pun sudah mentok prestasinya, apalagi peserta lainnya. Kita juga punya Judika yang suaranya luarbiasa. Tapi siapa yang bisa mengemas dan menjual mereka hingga mendunia?
Bertahan lebih dari 5 tahun sebagai boyband hasil ajang audisi yang ditujukkan oleh One Direction memberi pelajaran bagi musisi Indonesia bahwa musik bukanlah sekedar suara dan kore0grafi saja, tapi merupakan produk yang harus dikemas dan dipasarkan secara jitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H