Mohon tunggu...
Kang Clow
Kang Clow Mohon Tunggu... Sejarawan - Futsal

Saya seorang mahasiswa Sejarah Peradaban Islam UIN SALATIGA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendeta dari Keluarga Islam

22 Juni 2024   23:30 Diperbarui: 22 Juni 2024   23:32 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Rama Wiku Satya Dharma Telaga lahir pada tanggal 8 Agustus 1948. Beliau lahir di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Rama Wiku menikah pada umur dua puluh tahun dan dikaruniai tiga orang anak. Dahulu beliau memiliki hobi melukis. Rama Wiku merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Saat beliau umur dua tahun keluarganya pindah ke Jawa Tengah tepatnya di Kota Salatiga. Beliau lahir dari keluarga Islam, ayahnya bernama Soelaiman berasal dari Suruh dan ibunya berasal dari Kediri. Ayah beliau berprofesi sebagai tentara sehingga beliau sering berpindah. Ayahnya juga seorang lulusan dari pondok pesantren Gontor dan Lirboyo di Jawa Timur.


Rama Wiku Satya lahir dengan nama Islam yaitu Moh Habib, namun pada usia tiga tahun beliau mengalami sakit keras untuk jangka waktu yang cukup lama. Selama Moh Habib mengalami sakit, kedua saudaranya meninggal dunia dan ini menjadi titik tersulit bagi orang tua beliau. Kemudian ada sesepuh dan tetangga yang merasa kasihan apabila Moh Habib ikut meninggal juga. Lalu tetangga tersebut menyarankan untuk mengganti nama Moh Habib menjadi Moh Bibit dikarenakan nama Moh Habib terlalu berat disandangnya. Orang tua beliau setuju untuk mengganti nama anaknya menjadi Moh Bibit. Kemudian, seiring berjalannya waktu kondisi kesehatan Moh Bibit berangsur-angsur membaik sehingga di umur empat tahun beliau bisa menempuh pendidikan di jenjang sekolah dasar hingga lulus. Karena beliau lahir dari keluarga Islam, masa kecil beliau juga dihiasi dengan pendidikan madrasah setiap sore hari. Mengaji dan mempelajari Al-Qur`an menjadi kegiatan rutinitas harian beliau di sore hari. Pada saat Moh Bibit duduk dibangku sekolah teknik sekitar usia sekitar  17 tahun, beliau tertarik dengan pelajaran-pelajaran sejarah atau yang beliau sebut sebagai pelajaran leluhur. Bagi Moh Bibit, para leluhur itu meninggalkan bukti yang nyata seperti candi, prasasti, dan lain-lain yang dirasa cocok dengan beliau sehingga beliau tertarik untuk belajar dan mendalaminya. Beliau juga beranggapan bahwa nenek moyang bukanlah sembarang orang, melainkan seseorang yang mempunyai kemampuan yang sangat luar biasa dalam bidang ilmu seni dan ilmu filsafat. Kemudian beliau mulai mendalami dan menjadi pendeta di kota Salatiga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun