Wahyu Hidayat namanya. Milenial kelahiran Klaten, 28 Oktober 1997 ini  diketahui sudah yatim sejak masih duduk di bangku SMP. Untuk kehidupan keluarganya, sang ibu berwirausaha dengan menjual soto di pinggir jalan.
Di tengah himpitan ekonomi kala itu, semangat Wahyu Taklik, demikian dirinya dikenal, untuk bisa maju dan sukses begitu membara. Demi meraih sukses, ia lebih giat dalam belajar sampai ke perguruan tinggi. Terlebih, dia merupakan seorang anak yang cerdas. Bahkan, saat diwisuda, dirinya menjadi salah satu wisudawan terbaik di jurusan Teknologi Informasi.
Sejak awal, dirinya memang lebih tertarik dengan bidang IT, meskipun dirinya merupakan jebolan SMK Permesinan. Berkat kepintarannya, pemilik akun Instagram @wahyutaklik ini akhirnya mendapatkan beasiswa S2 Business Intelligence di Universitas Amikom Yogyakarta. "S2 full tanpa biaya sepeserpun. Alhamdulillah bisa lulus dalam waktu  1,5 tahun dengan IPK 4.00," ucapnya.
Semasa kuliah, Wahyu juga memiliki banyak prestasi termasuk menulis di beberapa jurnal ilmiah, baik nasional maupy internasional. "Saya meyakini, kualitas diri dapat berkembang terutama karena faktor pendidikan dan relasi dari komunitas," ungkapnya.
Dalam catatan karirnya, @wahyutaklik diketahui telah memiliki pengalaman bekerja di industri IT yang cukup mumpuni. Dirinya tercatat, pernah berkiprah di PT Aplikasi Anak Bangsa (JustApp) dari tahun 2020--2022.
Saat ini dirinya didaulat menjadi Komisaris Utama PT Bermain Bersama Indonesia (VocaGame), sebuah perusahaan yang bergerak di bidang layanan top up voucher game. Tentu, ini sebuah pencapaian yang luar biasa, mengingat usianya yang masih 25 tahun.
Sukses dengan karirnya, belakangan Wahyu juga hobi mengoleksi beragam sepeda motor seperti Harley Davidson Road King, Kawasaki ZX 10 R, Kawasaki Ninja 250 Fi, hingga Vespa Batic Matic dan Vespa PTS.
Di bidang sosial, dirinya juga sering berbagi ilmu dengan menjadi pemateri pada kursus online seputar dunia IT dan developer. Bahkan, dirinya juga tak segan membantu biaya pendidikan (SPP) bagi siswa-siswi SMK yang tidak mampu. "Alhamdulillah, terakhir saya bantu 11 siswa untuk SPP setahun. Syaratnya, beneran tidak mampu atau yatim. Buat saya, tidak berprestasi tidak masalah, yang penting mau berangkat ke sekolah," pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H