Bukan berarti artinya potrait yang dilakukan di jalan. Betul, potrait. Di jalanan, juga betul. Hanya saja pendekatannya berbeda. Di sini yang menjadi subjek potrait adalah orang yang kita temui di jalan, singkatnya orang asing. Jadi, ini berbeda dengan candid karena sedikit-banyak kita mengarahkan subjek untuk berpose.
Mudahnya begini, ketika sedang jalan-jalan, kamu melihat seorang musisi jalanan yang memiliki tato bergambar Mike Tyson di lehernya. Keren, kamu ingin sekali memotretnya, lantas kamu samperin, dan bilang ingin motret dia. Seperti itu. Iya mungkin berkaitan juga dengan bahasan sebelumnya, memotret dengan permisi. Nah karena sudah permisi itulah, sekalipun kita meminta subjek untuk cuekin saja kameranya alias jangan berpose, itu kita sudah meminta dia berpose. Karena tidak berpose adalah sebuah pose. Apalagi kalau kamu minta subjek untuk tersenyum atau menghembuskan asap rokok banyak-banyak.
cewek ini sedang panik karena kebakaran depan BIP, malah saya ajak foto
Kadang menyenangkan ketika kita membuka obrolan dengan orang yang baru dikenal, berkenalan, lalu mendapatkan frame yang sempurna karena kita sudah bersepakat untuk memotret, sehingga bisa fokus mengambil ekspresi wajah subjek. Walau saya kadang main jepret saja, ada situasi ketika saya ingin sekali minta ijin untuk mengajak subjek berfoto. Misalnya, ketika dia berdiri di tempat yang nanggung, seandainya geser sedikit maka cahaya akan pas. Atau ketika melihat subjek yang tampak ramah dan hatinya lagi gembira, semisal gerombolan cewek yang sedang selfie sambil tertawa ceria.
saya bergelantungan di pintu angkot untuk memotret cewek ini, saya suruh dia tidak bergaya dan abaikan saja saya... sama mang angkotnya disuruh turun atau bayar.
Dalam pendekatan street potrait, kamu harus menerapkan sikap dan pikiran yang pas. Kamu harus berani, jangan ragu, lebih baik ditolak daripada tidak mencoba. Jangan takut ditolak, malahan sebaiknya kamu dekati orang yang kemungkinan akan berkata "tidak". Jangan lupa untuk selalu ceria. Berusahalah untuk membuat foto, daripada hanya mengambil foto. Ajaklah subjek mengobrol selagi kamu menekan shutter, berikanlah pujian, bersikaplah sebaik mungkin. Dan jangan lupakan hal paling simpel:
jepret, senyum, terima kasih.
yang menyenangkan adalah, kita tidak harus repot-repot atau mahal-mahal sewa model
oke, oke. pada tulisan selanjutnya saya akan ajarkan cara praktis untuk ngajak orang jadi model...
- penulis adalah pegiat street fotografi asal Bandung, terkadang memberikan seminar tidak ilmiah -Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Hobby Selengkapnya