Mohon tunggu...
Ibra Boim009
Ibra Boim009 Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Nama "samaran dunia maya "saya adalah Boim yang artinya “Bocah Imut” terlahirkan di sebuah rumah alhamdulillah sudah bertembok pada tahun tepat pertengahan 1991. Dilahirkan oleh ibu kandung saya sendiri dan mendapatkan bantuan untuk melahirkan dari ayah sendiri berupa doa dan sandang pangan serta uang untuk membayar dukun beranak tentunya. Saya ingin menjadi penulis karena keturunan keluarga dari ayah yang selalu menulis daftar hadir rapat disekolah dan ibu ku juga seorang penulis ketika pagi pagi belanja ke pasar jadi aku sangat ingin menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mental-mental Pengemis

1 April 2012   17:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:09 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diskusi kecil kami terhenti, guruku meneruskan pidatonya. “Kalian tahu pengemis? Mereka itu punya uang, tapi pura-pura tidak punya uang, mereka itu mampu bekerja, tapi tidak mau bekerja, itulah pengemis!”. Pengemis tidak harus berpakain compang-camping, tapi ada yang memakai dasi, tapi bermental pengemis! Mentalnya mental pengemis! Bekerjapun hanya untuk mengumpulkan uang, untuk dianggap kaya, tapi tidak mau berbagi, kaya tapi masih meminta-minta! tapi mentalnya tetap pengemis! Karena tidak pernah berderma, malah minta derma”.

Dalam hatiku bertanya “lalu kita pilih yang ke-dua? yang penting dianggap punya uang! Walau ga punya uang? Bagaimana kita berderma kalau kita tidak punya uang?”

Guruku melanjutkan, seakan-akan pertanyaanku dijawab. “ Punya uang tapi dianggap tidak punya, itu pengemis! Tidak punya uang tapi minta dianggap punya uang itu mentalnya calon pengemis!”.

Jadilah orang kaya, kaya ilmu, kaya harta, kaya amal. Berapapun ilmu yang kita punya, berapapun harta yang kita miliki, kita harus mengamalknnya, membaginya tidak akan mengurangi jumlahnya. Ilmu dan harta adalah titipan Allah yang akan berlipat ganda jika kita membaginya dengan orang yang membutuhkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun