Mohon tunggu...
beni subhan
beni subhan Mohon Tunggu... Freelancer - Penyawung ilmu

Gotri ala gotri margasari riwariwi dodol mentok jolang alang alang mbesuk gede dadi apa?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyikapi Fenomena Supra

12 November 2019   02:23 Diperbarui: 12 November 2019   03:06 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan ini, meski tidak bisa menjawab atau menanggapi secara spesifik, tapi mungkin sedikit bisa menjadi titik awal bagaimana kita menyikapi fenomen-fenomena supra.

Saya cuma khusnudlon saja bahwa dalam diri manusia sejatinya terdapat kekuatan dahsyat. Kekuatan yang bisa digunakan untuk mencapai apa yang diinginkan dan sifatnya unlimited, ia mampu menembus alam empat dimensi yang tidak mengenal istilah ruang dan waktu. kekuatan dahsyat ini sekilas memang tidak rasional,karena sedikit sekali yang mengerti macam apa dan bagaimana proses kekuatan ini bekerja.

Karena sifatnya yang tak terbatas inilah, fenomena supranatural menjadi sulit untuk dikatakan dan dibahasakan. Usaha rasionalisasi dalam menggambarkan kekuatan supranatural melalui bahasa falsafi wal scientisi pun acapkali dianggap otak-atik gatuk dan mengada-ngada.

Paling tidak ada alasan kenapa orang-orang dulu hanya bisa membuat rumusan instan tanpa memberikan perincian sama sekali. Bisa jadi beliau-beliau memang tidak memiliki pengetahuan secara mendalam atau bisa juga semacam komitemen diri untuk sengaja menyembunyikan dengan pertimbangan madlarat yang akan timbul jika dijlentreh secara gamblang.

Jika ada pertanyaan, kenapa hal-hal yang bersifat supra sering dihubungkan dengan klenik, irasional, takhayyul dan konotasi miring lainnya?

Jawabannya mungkin minimnya intensitas kita untuk bersentuhan dengan dunia supranatural atau kemalasan kita untuk mengaji dan mengkaji nilai-nilai hukum kausalitas yang terdapat didalamnya sehingga kita pun buta dan menjadi apriori terhadap fenomena non materi.

Sikap acuh saya terhadap fenomena supra sama dengan sikap acuhnya saya terhadap proses bekerjanya obat saya mengamini begitu saja formula ingridient yang tertera di bungkus kemasannya dengan tanpa terlebih dulu menanyakan proses kerjanya.

Karena saya tahu bertanya kepada dokter si pembuat obat sangatlah sulit sekali, dan kalaupun bisa, belum tentu saya bisa memahami jawabanya, bertanya pada dokterpun belum tentu mereka mampu menjawab, Alih-alih malah sugesti saya terhadap obat tsb hilang entah kemana.

Mengkaji fenomena supra memang sebuah pekerjaan sulit dan sangat menguras tenaga, meminjam istilah Filusuf Prancis Theodore Adorno, diibaratkan seperti halnya menghisap "candu metafisika" yang sering membuat sedikit depresi bagi penelitinya.

Tapi bukanlah sebuah kesalahan, jika kita selalu bertanya setidaknya ada ladzat (kenikmatan) tersendiri jika kita selalu mengaji dan mengkaji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun