Mohon tunggu...
Kang Becak
Kang Becak Mohon Tunggu... -

Bila Tuhan menghapus semua kata. Ku mohon, jangan hapus kata "cinta".

Selanjutnya

Tutup

Puisi

I Love You

8 Januari 2011   13:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:49 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12944919071906687177

 Langit merah lembayung di ufuk barat. Sepasang remaja berjalan menyusuri sungai. Sang gadis berpakaian putih ditutup sweater krem dengan rok hitam di atas lutut. Bersepatu dan berkaos kaki hitam hampir setinggi lutut. Sang jejaka, berpakaian hitam-hitam berkerah tinggi, berkancing warna emas.       Keduanya bertemu tanpa sengaja, saat orientasi masuk SMA. Hingga akhirnya terbakar api cinta. Tiap hari selalu ingin bertatap muka. Tiap detik dirinya selalu mengusik hati. Mereka selalu bersama, sepulang sekolah.         Senja itu, keduanya tidak segera pulang namun Ozaki sengaja mengajak Yumi berjalan menikmati kebersamaan. Tiada tujuan pasti kemana mereka pergi. Hanya tsubame (burung srigunting) yang tahu di mana mereka berhenti. Kemesraan terlihat jelas dalam tatap mata mereka. Kedua tangan mereka saling bergenggam dengan senyum mengembang.       Setahun mereka bersama. Ozaki telah membuktikan dirinya sebagai kekasih yang baik. Begitu pula Yumi yang setia. Tiada perasaan bahwa Ozaki ataupun Yumi akan mendua.      Duduk keduanya di tepi sungai. Air bergerak menuju laut. Himetanisi (siput) hitam terdiam di atas batu. Tubuhnya terlalu malas untuk bergerak membawa cangkang. Ozaki dan Yumi hanya terdiam. Pandangan mereka menatap kejauhan.      Ada perasaan aneh, yang mereka rasakan saat duduk berdekatan. Perasaan sebagai laki-laki dan perempuan. “Ozaki, kono kawa doko made nagarerunda (sungai ini mengalir sampai kemana) ?” Tanya Yumi tiba-tiba. Ozaki tersenyum “ Mochiron umi made nagareru (pasti sampai ke laut).” “Ozaki…..,” Tanya Yumi, bulat matanya menatap wajah Ozaki. “Watashitachino kankei ha doko made tsudukerunda (hubungan kita akan sampai di mana) ?” Tanya Yumi kemudian.      Ozaki menatap kekasihnya lembut. “Kekkon made (sampai menikah),” jawab Ozaki. “Sinu made…(sampai mati),” tutup Ozaki kemudian. Yumi merebahkan badannya di dada sang kekasih. Perasaan “aneh” semakin menjalar di dada keduanya. ********  Hari menjelang malam kala mereka sampai di tempat kos Ozaki. Satu dua lampu jalanan menyala pengusir gelapnya malam. Derit pintu terbuka seolah menyambut empunya. Lampu dinyalakan, terang menyinari sofa dan meja. Duduk Yumi di atas sofa itu, disampingnya Ozaki sibuk memainkan gitar. Denting gitar dari dawai yang dipetik. Bermain gitar di samping sang kekasih, terasa bernuansa lain.  Nada-nada cinta membuncah di dada, terbawa alun petik dawai asmara. Semakin lama mereka rasakan semakin tidak ada jarak antara duanya. “I love you Yumi….”, ucap Ozaki sambil memeluk Yumi. “I love you…..Ozaki,” balas Yumi. Langit-langit syurga seolah terbuka. Tiada kesedihan yang mereka rasakan saat ini.  Ciuman Ozaki , memejamkan   Yumi yang terbaring. Kelembutan semakin serasa kala mereka berpelukan. Terpejam mata mereka melewati saat-saat yang belum seharusnya mereka lakukan.  Semuanya karena cinta. Apapun yang terjadi saat ini memang karena mereka menginginkannya. Semua yang Ozaki rasakan tertumpah di atas tubuh Yumi. Semua kegalauan Yumi terpecahkan di bawah tubuh Ozaki.  Ranjang itu menjadi tidak beraturan. Berserak di bawahnya pakaian-pakaian yang mereka lepaskan. Ozaki dan Yumi kembali saat mereka dilahirkan, dari cinta dan tanpa sehelai benang. ********  Selesai melakukannya, menangis Yumi di sudut kamar menyesali perbuatanya. Lirih tangisannya, melepas kesucian yang selama ini ia pertahankan. Berusaha Ozaki menenangkan sang kekasih. Keduanya kini merasa seperti anak-anak kucing yang terbuang.  Nada-nada cinta yang didendangkan berubah menjadi kegalauan. Masa depan yang direncanakan kini mereka hancurkan. Kekhawatiran dan ketakutan semakin menjadi bagian dari dalam diri. *********  Beberapa bulan kemudian, Yumi hamil. Keduanya dikeluarkan dari sekolah, meski mereka tidak  menikah. Yumi kini terkurung di rumah. Hidupnya  hanya menunggu kelahiran buah cinta yang akan merekah sebelum waktunya.  Ozaki berusaha bekerja. Berbekal denting gitar dan lagu sendu kegalauan. Namun hidup tidak semudah seperti yang diinginkan. Satu persatu masalah datang tanpa sanggup dihadang. Terpuruk Ozaki kini dalam dunia obat-obat terlarang. Terakhir, Ozaki mati bunuh diri dikabarkan ! *********  Seorang remaja tampan, menyenyikan lagu “I Love You”, dengan iringan sebuah gitar. Jelita perempuan dewasa menyaksikan dengan cucuran air mata. Lirih tangisnya tersamar dengan bahana riuh tepukan. Dialah Yumi, janda yang tidak pernah dinikahi.  Sering Yumi meminta pada anaknya yang kini telah remaja, agar menyanyikan lagi “I Love You” karangan Ozaki. “Anata ha Mama ga aishiteiru Ozaki san no musuko desu (Engkau,anak Ozaki, lelaki yang sangat Mama cintai).” “ Anata no Papa ha subarasii otoko dayo….(ayahmu, laki-laki yang luar biasa),” puji Yumi pada anaknya untuk mendiang Ozaki. Ozaki lelaki yang sangat Yumi cintai, mungkin sampai mati, sesuai ikrar cinta mereka kala di pinggir sungai senja itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun