Duduk bersantai di Sumida gawa (sungai Sumida), ditemani gadis-gadis cantik berkimono jingga. Lembut hembus sang bayu terbangkan putih bersemu merah mahkota bunga sakura. Ku ingat saat itu musim semi, saat kebersamaan menikmati hanami. Air sungai berombak-ombak ditepuk angin, kirimkan kembang dari daratan ke lautan. Sepasang merpati terbang bercumbu di udara. Nyanyikan syair cinta disaksikan sang Sumida gawa. Sungai suguhkan kejernihan dan ketenangan, sakura mangkai (berbunga), merpati bercinta, tentramkan hati manusia. Alam lukiskan Yakatabune (restoran apung) yang menari dengan sungai sebagai kanvasnya. www.wattention.com/trip-to-japan/files/2010/10/sumida-river. Andaikan itu Citarum, kan ku cium semerbak melati yang terselip diantara sanggul para pemudi. Harum teh dan kopi temani kami dalam samar petik alun kecapi. Air beriak kala nelayan tebarkan jala, berdiri di atas rakit bambu coba tangkap ikan, cari udang bersaing dengan bangau-bangau putih berkaki panjang. Ku yakin ini pasti terjadi usah menunggu 1000 tahun lagi. Kala manusia Indonesia mencintai Citarum bukan hanya memperbudaknya. Saat ini Citarum laksana Cinderella sang  jelita yang hanya ditempatkan pada urusan mandi, cuci bahkan berak saja. Tidak ada yang perduli Citarum, karena saat ini sungai identik dengan tempat tempat sampah gratis, sungai terpolusi tanpa pernah sang pelaku ditangkap polisi. Kuingat zaman Belanda, saat orang sebut Indonesia sebagai the East of Venezia saat sungai-sungai masih jernih dan berkilau tersinar cahaya. Citarum menghampar berkalung jembatan putih, selusuri cekungan daratan atas restu sang gunung Wayang. Ku ingat juga cerita orang tua, ikan dan udang kan datang meski kita hanya menempatkan kerambah kosong semata. http://en.wikipedia.org/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Spoorbrug_over_de_rivier_Citarum_Tandjoengpoera_TMnr_60016122.jpg Terima kasihku pada mereka yang berjuang demi Citarum sang jelita. Masih setia kawal keindahannya menuju ke laut sana. Ku yakin semuanya tidak akan sia-sia. Cinta kan berbalas cinta , hingga kita akan dapat tunjukkan pada mereka inilah Indonesia, tumpah darah kita! Dan tolong sampaikan salam rinduku padanya. http://www.flickr.com/photos/hdmessa/page2/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H