Lebaran sebentar lagi. Para perantau dari berbagai kota berlomba untuk bisa segera pulang kampung. Mereka bergerak ada yang menggunakan pesawat, kereta, bis, jasa travel, mobil pribadi bahkan ada nekad bersepeda motor dan bajaj. Mereka tak peduli dengan terik matahari, tanpa menyoal padatnya lalu lintas. Â Karena dalam hati mereka sudah terbayang kampung halaman yang telah lama ditinggalkan.
Saya sendiri pernah merasakan suasana mudik sekitar 10 tahun yang lalu ketika merantau di Bandung dan Bogor. Betapa suasana harap-harap cemas dalam perjalanan itu masih terasa. Namun karena hari ini sudah menetap di kampung, jadi tidak pernah merasakan lagi bagaimana suasana mudik lebaran yang mengharu-biru perasaan.
Sesuatu yang menjadi bahan pemikiran adalah kenapa orang begitu bersemangat untuk mudik? Sebelum menjawabnya kita lihat dulu apa sih mudik itu? Kalau dilihat dari kata berasal dari kata udik yang artinya kampung berarti mudik itu kependekan dari mengudik artinya kembali ke kampung
Sudah fitrah nya manusia, kemanapun dia pergi mengembara suatu saat pasti ada rasa rindu pada kampung halamannya. Dan kerinduan yang demikian mendalam biasanya akan terobati dalam suasana idul fitri. Inilah tradisi yang kita miliki.
Setiap idul fitri orang dari kota-kota akan pulang ke kampung halamannya. Mereka akan memperjuangkannya supaya benar-benar bisa pulang. Tak peduli dengan suasana panas, padat merayap kemacetan, harga tiket yang melambung, yang penting bisa pulang, berkumpul dengan keluarga, sanak saudara dan bisa saling bersilaturahmi.
Itulah semangat yang dimiliki oleh mereka, sehingga mereka terus memperjuangkannya.
Memang dari awalnya manusia itu punya fitrah untuk pulang karena mudik yang berarti pulang adalah kata yang paling indah. Diksi yang paling dirindukan. Dan harapan dari pulang adalah pulangnya membawa berkah, menggondol hasil jerih payah usaha dan menunjukkan kesuksesan yang diraih kepada orang tua, sanak saudara yang ada di kampung halaman, sekaligus ingin berbagi sebagai tanda syukur kepada ilahi.
Begitu begitu juga pulang. Fitrah pulang dalam hakikat yang sebenarnya yaitu bahwa kehidupan kita di dunia ini sebenarnya adalah sebuah pengembaraan dan ujung dari pengembaraan ialah pulang kepada asal muasal kita ke kampung halaman yang sebenarnya. Asalnya dari Allah maka akan kembali lagi kepada Allah. Sebagaimana ya kita kenal dalam kalimat istirja' "innalilahi wa Inna ilaihi roji'un".
Seperti halnya kita tersenyum bahagia mudik ke kampung halaman di dunia. Semoga mudik kembali kepada-NYA pun tersenyum bahagia membawa iman dan takwa. Husnul Khotimah. Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H