Memasuki 10 hari terakhir di bulan Ramadhan kita mulai di akrabkan dengan ritual ibadah itikaf di mesjid mesjid. Di sana kini umat Islam banyak yang  menghidupkannya dengan ibadah, baik sholat, baca Al-Qur'an, maupun dzikir-dzikir lainnya.
Lalu apa pengertian itikaf tersebut dan bagaimana pesan moral yang bisa kita ambil khususnya bagi insan pendidikan?
Mari kita lihat makna secara bahasa dan istilah tentang i'tikaf ini. I'tikaf (Itikaf, iktikaf, iqtikaf, i'tiqaf, itiqaf), berasal dari bahasa Arab akafa yang berarti menetap, mengurung diri atau terhalangi. Pengertiannya dalam konteks ibadah dalam Islam adalah berdiam diri di dalam masjid dalam rangka untuk mencari keridhaan Allah SWT dan bermuhasabah (introspeksi) atas perbuatan-perbuatannya. Orang yang sedang beriktikaf disebut juga mutakif.
Dari pengertian tersebut ada beberapa kata yang perlu di garis bawahi yaitu ibadah, berdiam diri dan muhasabah atau introspeksi diri. Dan kata-kata ini memiliki kekuatan moral yang kuat dalam upaya memperbaiki diri dari keadaan yang sebelumnya kurang baik.
Dalam sebuah nasihat dikatakan, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Nah di dalam i'tikaf tersebut terdapat pelajaran berharga yaitu bagaimana kita bisa mempersiapkan diri untuk bisa berubah lebih baik dalam segala hal. Termasuk di dalam dunia pendidikan.
Berbicara masalah insan pendidikan ini maka akan  mencakup segala sesuatu tentang guru, siswa, tenaga kependidikan serta para stakeholder yang memiliki kewenangan dalam dunia pendidikan. Mereka semua mesti belajar dari pesan moral ibadah i'tikaf ini. Namun tidak hanya itu alangkah lebih baik pula jika pelaksanaan ibadah i'tikaf uga bisa dilaksanakan secara sungguh-sungguh.
Dengan berdiam di mesjid diniati ibadah karena Allah sambil ber muhasabah maka akan turun ketenangan jiwa. Terus sertai dengan mengingat-ingat apa yang sudah dilakukan. Dosa-dosa apa yang pernah diperbuat, kemudian bertaubatlah kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Bermohonlah ampunan dengan tulus. Dari refleksi diri seperti itu akan membuat hati tenang tenteram dan kembali memiliki kekuatan batin.
Lebih-lebih jika dalam ber muhasabah betul-betul husyu' sehingga air mata mengalir dengan derasnya secara alamiah. Maka air mata itu menjadi kekuatan baru yang bisa memotivasi diri untuk memacu langkah lebih baik lagi.
Bagi anda yang sering galau dengan berbagai hambatan masalah yang dihadapi, coba saja mengadu kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan setulus tulusnya di keheningan malam sambil i'tikaf Ramadhan. Air mata tobat itu berbeda kualitasnya dengan air mata cengeng apalagi air mata buaya. hehehe
Maka kalau bisa kita dianjurkan untuk sering-sering bermuhasabah, sering-sering nangis, sering-sering alirkan air maka pertobatan.Â
Disadari atau tidak, berbagai masalah, kelelahan, dan kealfaan kita dalam mengingat Allah menjadi titik lemah spiritualitas kita. I'tikaf sejatinya  dapat menjadi solusi efektif untuk mengatasinya.