Dan lebih baik lagi jika kita buktikan kesyukuran kita dengan menggunakan otak untuk kemajuan bangsa dan kemaslahatan umat manusia. Mulailah dari hal terkecil dan terdekat. Think globally act locally.
Terlalu keras kerja otak tanpa mengindahkan refreshing juga berat dan bisa berbahaya. Oleh karena itu, dibutuhkan masa istirahat agar energi yang dimiliki untuk berfikir, berkreasi dan berinovasi tersebut bisa lebih segar lagi.
Nah ibadah Ramadhan ini bisa menjadi sarana untuk menyegarkan kembali fungsi otak kita. Saya sebutkan dengan istilah i'tikaf otak. I'tikaf itu pengertian bebasnya adalah berdiam di mesjid untuk fokus beribadah kepada Allah subhanahu wata'ala, baik sholat, membaca Al-Qur'an, berdzikir dan ibadah yang lainnya.
Lalu bagaimana menggunakan Ramadhan untuk I'tikaf Otak? Berikut tiga hal penting yang perlu dilakukan oleh kita. Pertama mari kita beri'tikaf otak dengan cara menekadkan dan menegaskan kembali tentang identitas kita sebagai seorang muslim.
Seorang muslim atau pemeluk agama Islam artinya orang yang sudah berserah diri kepada Allah sepenuhnya. Jadi ketika seseorang sudah menjadi muslim maka cara hidupnya harus mengikuti aturan-aturan yang telah digariskan Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana telah dijabarkan oleh para ulama dari jaman ke jaman.
Sangat naif kalau seorang muslim ingin bebas melakukan segala sesuatu tanpa memikirkan batasan batasan yang telah digariskan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Sehingga kalau ada istilah Islam liberal itu sejatinya bertolak belakang dengan makna Islam tersebut.Â
Karena kalau Islam itu maknanya berserah diri, taat dan patu pada aturan Allah dan Rasulullah sedangkan liberal itu berarti bebas sebebas-bebasnya.
Sebagai manusia biasa seorang muslim tentunya pernah melakukan kesalahan. Baik kesalahan kecil maupun yang sangat fatal. Oleh karena itu, perlu i'tikaf otak yang kedua yaitu memperbanyak istighfar atau memohon ampun kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Dan ini telah dicontohkan oleh baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, orang yang ma'shum, terjaga dari berbuat maksiat dan dosa, tetapi melakukan istighfar pertobatan pada Allah tidak kurang dari 100 kali dalam sehari. Bagaimana dengan kita yang sering melakukan dosa?
Secara naluri setiap orang pasti menginginkan kebahagiaan dan berharap terhindar dari marabahaya. Oleh karena cara i'tikaf otak yang ketiga adalah kita bermohon kepada Allah agar diberikan kebahagiaan surga dan terhindar dari siksa neraka.
Kebahagiaan yang kita cari hendaknya tidak hanya satu kali. Tetapi mesti kita mengharapkan bahagia itu dua kali, di dua tempat, yaitu bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.Â