Mohon tunggu...
kang baha
kang baha Mohon Tunggu... Penulis - santri

nama saya ahmad baha'us sholeh hobi mengaji

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Artikel Upaya Strategis Penurunan Stunting di Rembang: Intervensi Tahun 2024

19 Juni 2024   22:30 Diperbarui: 22 Juni 2024   10:08 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Upaya Strategis Penurunan Stunting di Rembang: Intervensi Serentak Tahun 2024

Rembang, 2024 - Pemerintah Kabupaten Rembang telah mencatatkan kemajuan signifikan dalam upaya menurunkan angka stunting di wilayahnya. Menurut Wakil Bupati Rembang, Mochammad Hanies Cholil Barro’ atau yang akrab disapa Gus Hanies, angka stunting tahun ini berhasil diturunkan dari 24,3 persen menjadi 19,5 persen, menunjukkan penurunan sebesar 4,8 persen.

Gus Hanies menegaskan bahwa keberhasilan ini bukanlah akhir dari perjuangan. "Saat ini, kami sedang bersiap melaksanakan intervensi serentak pencegahan stunting pada tahun 2024 yang akan berjalan di bulan Juni dan Juli ini," ujarnya. Intervensi serentak ini merupakan langkah strategis yang dirancang untuk tidak hanya menurunkan angka stunting lebih lanjut, tetapi juga untuk mencegah kasus-kasus baru.

Sepuluh Langkah Utama Intervensi

Untuk menyukseskan program ini, pemerintah telah mengidentifikasi sepuluh langkah utama yang harus dilaksanakan dengan baik:

1. Pendataan Calon Pengantin, Ibu Hamil, dan Balita: Memastikan data yang akurat untuk semua calon pengantin, ibu hamil, dan balita. Data yang akurat sangat penting untuk memahami kondisi awal dan mengukur dampak intervensi yang dilakukan.
2. Pendampingan yang Memadai: Memberikan pendampingan kepada ibu hamil dan balita untuk memastikan mereka mendapatkan informasi dan dukungan yang diperlukan. Pendampingan ini mencakup konseling gizi, pemeriksaan kesehatan rutin, dan edukasi tentang pentingnya nutrisi selama kehamilan dan masa awal kehidupan anak.
3. Penyediaan Alat Antropometri: Menyediakan alat ukur antropometri yang sesuai standar untuk memantau pertumbuhan anak. Alat-alat ini termasuk timbangan digital, alat ukur tinggi badan, dan perangkat lain yang diperlukan untuk mengukur status gizi anak secara akurat.
4. Peningkatan Keterampilan Kader Posyandu: Melatih kader posyandu agar memiliki keterampilan yang cukup dalam menangani masalah gizi. Kader posyandu adalah ujung tombak dalam pelaksanaan program di lapangan, sehingga keterampilan mereka dalam mengidentifikasi dan menangani kasus gizi buruk sangat penting.
5. Penanganan Gizi Ibu Hamil dan Balita: Menangani masalah gizi pada ibu hamil dan balita secara intensif. Ini termasuk pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dengan gizi kurang dan balita yang mengalami stunting, serta suplementasi vitamin dan mineral yang diperlukan.
6. Pencatatan Hasil Penimbangan dan Pengukuran: Mencatat hasil penimbangan dan pengukuran dengan tepat dan akurat. Pencatatan yang sistematis dan akurat memungkinkan pemantauan perkembangan anak dan evaluasi efektivitas intervensi yang dilakukan.
7. Penggunaan Aplikasi e-PPGBM: Menggunakan aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat untuk pemantauan yang lebih efektif. Aplikasi ini membantu dalam mengintegrasikan data dari berbagai posyandu sehingga memudahkan analisis dan pengambilan keputusan berbasis data.
8. Monitoring dan Evaluasi: Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan intervensi. Monitoring dan evaluasi penting untuk memastikan program berjalan sesuai rencana dan mencapai target yang ditetapkan, serta untuk melakukan perbaikan jika diperlukan.
9. Pembiayaan yang Memadai: Menyediakan anggaran yang cukup untuk mendukung semua kegiatan intervensi. Pembiayaan mencakup pembelian alat dan bahan, pelatihan kader, penyediaan makanan tambahan, serta kegiatan monitoring dan evaluasi.
10. Pelaksanaan di Posyandu: Melibatkan posyandu di setiap desa sebagai pusat pelaksanaan program. Posyandu merupakan pusat kegiatan kesehatan di tingkat desa yang berperan penting dalam memberikan layanan kesehatan ibu dan anak, serta sebagai tempat edukasi bagi masyarakat.


Kolaborasi dan Keterlibatan Berbagai Pihak

Program intervensi serentak ini merupakan inisiatif pemerintah pusat yang dilaksanakan serentak di seluruh kabupaten/kota se-Indonesia. Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Keluarga Berencana (Dinsos PPKB) Rembang, Prapto Raharjo, menyatakan bahwa program ini melibatkan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang tergabung dalam tim penanggulangan stunting.

"Pelaksanaan intervensi serentak pencegahan stunting ini dilakukan di posyandu di semua desa," jelas Prapto Raharjo. Ia juga menambahkan bahwa pihaknya mendorong semua sasaran, termasuk calon pengantin, ibu hamil, dan balita, untuk aktif datang ke posyandu selama bulan Juni sesuai jam operasional di masing-masing desa.

Kolaborasi berbagai pihak sangat penting untuk menyukseskan program ini. Selain pemerintah daerah dan OPD, peran serta masyarakat, LSM, dan sektor swasta juga diperlukan. Kerjasama yang baik antara semua pihak dapat mempercepat penurunan angka stunting dan memastikan keberlanjutan program.

Harapan dan Dampak Positif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun