Ayah,
Sudahlah...
hentikan drama-drama sekadarnya saja dengan berharap simpati dari setitik luka yang sengaja kau buat sendiri melalui lirih karena semua juga tahu bahwa dari cerita burung-burung di pagi hari engkau sebenarnya adalah aktor sekaligus sutradara atau juga dari kisah burung-burung di kala sore yang berkicau bagaimana engkau adalah pembuat panggung sandiwara kepedihan yang naskahnya kau tulis sendiri
burung-burung di pagi itu sudah tahu bahwa drama yang kau mainkan tidak semerdu kicauan mereka kala menyambut mentari meski kau tetap bersikukuh bahwa tanpa kehadiranmu pagi seperti tak terpancar keindahannya karena tertutup awam maupun gemuruh petir yang menyambar silih berganti... tapi itu kan menurutmu
pun ketiga sore mulai memerah saga dan sang mentari perlahan kembali ke peraduannya, burung-burung sore itu hanya ingin mencari tetap berteduh untuk melepas lelah setelah seharian bertengger dari satu dahan ke dahan lainnya demi untuk sekadar bertahan hidup untuk keesokan harinya dan lelah mereka tak bisa kau alihkan dengan drama kesedihan pura-puramu itu
Ayah,
sudahlah...
sebaiknya kau cukup duduk di beranda rumah sambil menikmati segelas kopi dan sesekali membaca berita tentang burung-burung yang berterbangan dan jangan pula kau bernafsu untuk menjadi burung dan mengikuti kerumunan burung-burung itu yang belum tentu kau akan bisa menyamai kepak mereka... nikmati saja soremu dan jangan biarkan nafsumu untuk membuat sarang dimana-mana...
sudahlah... malu sama penonton yang sejatinya mereka terpaksa menonton drama yang kau karang sendiri
atau jangan-jangan kau memang suka ditertawai?
jangan sampai penonton itu melemparimu dengan botol minuman, pembungkus kue, kursi, atau bahkan batu yang telah disiapkan dalam tas mereka