Namanya Henry Jufri namun saya mengenalnya di media sosial dengan nama Henry Jie. Tidak banyak selama ini yang tahu bahwa ialah developer salah satu aplikasi di android. Aplikasi dengan label Educraft yang salah satunya adalah Belajar Huruf Angka dan Balita telah melimpahinya rezeki lebih dari seribu dolar hanya dalam waktu satu bulan. Dan jumlah ini akan terus bertambah.
Tapi tak banyak pula yang menyangka bahwa dibalik “kejeniusannya” itu ada banyak cerita keterpurukan demi keterpurukan yang telah dijalaninya.
Siang itu (03/09/2015) saya tidak menyangka akan menjumpainya di Makassar. Sebab, sejak heboh di media sosial sosok Henry mulai ramai dibincangkan tidak hanya di dunia maya saja sebuah stasiun televisi juga mulai tertarik menampilkan sosok yang hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 4 SD itu. Apalagi di media sosial pula saya melihat ia sedang berada di Jakarta karena akan mengisi salah satu program televisi.
Maka, ketika saya tiba di sebuah kantor di Makassar dan tiba-tiba tatapan saya seperti melihat sosok Henry. Dan memang betul dialah Henry Jie yang saya kenal di FB itu. Senyumnya bagi saya selalu khas, meski saya melihat pancaran matanya yang sudah terbiasa melalui hidup yang keras.
“Saya Kang Arul,” saya memperkenalkan diri lebih dahulu,”kita sudah berteman di Facebook.”
Kening lelaki berbaju putih dengan balutan jeans itu tersenyum pelan. Kemudian berpikir sejenak, “Kang Arul ya,” katanya sembari menyalami saya. Saya pun menyalaminya dan langsung berfoto bersama. Foto itu segera saya unggah di Facebook dan tak lama Henry langsung berkomentar senangnya bertemu dengan “mastah blogger”, demikian menyebut saya.
Ternyata saya tidak sendiri, ada beberapa orang yang saat itu juga bertemu dengannya. Maka, karena sudah membajak cukup lama untuk sekadar berfoto, kami pun sama-sama masuk ke dalam ruangan.
“Saya harus menceritakan semuanya dari awal.” Begitu kalimat tegas, namun santun, yang disampaikannya.
“Saya mulai ngeblog, belajar juga marketing di internet sampai akhirnya saya bergabung dan belajar membuat aplikasi. Tapi, saya disarankan untuk membeli peralatan seperti komputer. Maka belilah saya laptop seharga 800 ribu rupiah dengan ram 1 gigabyte.”
“Saya mulai belajar photoshop. Saya mulai tekun setiap pulang memanggul dari pelabuhan browsing di internet. Membeli source code atau semacam template game kemudian saya modifikasi. Dan untuk masuk berjualan ke aplikasi di Google Play saya harus membeli akun seharga sekitar 350 ribu.”
Tiba-tiba seperti ada medung yang menggelayut di atas kepala Henry. Suaranya mulai tersekat. Sepertinya perjuangan keras sejak tahun 2012 itu masih melekat jelas detail demi detail di kepalanya.