Mohon tunggu...
Kang Arul
Kang Arul Mohon Tunggu... Penulis - www.dosengalau.com

www.dosengalau.com | sering disebut sebagai dosen galau membuatnya sering galau melihat kehidupan. Lulusan S3 Kajian Media dan Budaya dari UGM Jogjakarta ini menjadi konsultan media digital yang telah menulis lebih dari 100 buku dan memublikasikan ratusan artikel secara nasional dan internasional.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ini Dia Rahasia Situs Korporasi yang Disenangi Pengunjung

7 November 2014   15:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:24 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang membuat netter sering merasa bosan dan jengah mengunjungi sebuah situs atau website? Salah satunya, dan ini yang saya rasakan, adalah situs itu lama terbuka serta isinya teralu ramai seperti pasar tradisional menjelang lebaran. Rame!

Untuk yang pertama, tentu waktu untuk membuka sebuah laman menjadi pertimbangan pengguna ketika ingin membuka sebuah situs. Kalau bisa situs itu sudah terbuka dalam 5-10 detik sudah terbuka sempurna. Nah, ketika orang-orang sibuk itu meng-klik sebuah situs dan mendapati lamanya waktu yang diperlukan untuk membuka situs, maka yang terjadi selanjutnya mudah ditebak. Situs itu langsung di close alias berpindah ke lainnya. Ini juga yang terjadi dengan saya. Meski saya ke arah sebaliknya dari ibukota ke pinggiran, tetapi saya tetap harus berangkat subuh hari dan pulang lewat azan Isya. Beberapa kali saya menyetir sambil berselancar di dunia maya; ini saya lakukan pas macet lho dan bukan saat kendaraan lancar berjalan. J

Kedua, isi terlalu ramai juga membuat pengguna tidak merasa nyaman. Di era yang serba cepat ini, hasil riset yang saya lakukan ketika menyelesaikan jenjang pendidikan doktoral di UGM, pengguna alias konsumen inginnya simple dan mudah. Sebuah situs yang dibuka harus segera menunjukkan halaman yang sederhana dan memuat isi yang secara visual mampu langsung tertangkap  oleh mata tanpa perlu bantuan jemari untuk menggeser ke atas atau ke bawah.

Serangkali sebuah situs korporasi, organisasi, institusi, dan sebagainya melupakan hal ini. Pengelola kadang beranggapan bahwa semua informasi yang dimilikinya begitu penting sehingga situs yang dibuatnya harus memuat informasi itu. Akibatnya jadilah pengunjung dijejali dengan banyak hal mulai dari teks, visual imej, lagu, sampai pada slider-slider gambar yang belum tentu penting.

Bagaimana contoh situs yang baik dan ‘memanjakan’ penggunanya?

Saya coba untuk mengambil contoh sederhana, yakni situs miliknya BCA. Ada alasan masuk akal mengapa saya mengambil contoh korporasi berlabel teks warna biru ini, yakni sejak tahun 1990-an saya sudah menjadi pelanggan bank ini dan saya adalah konsumen yang rajin menggunakan fasilitas perbankan melalui situsnya.

Dimulai dari waktu membuka. Dua detik. Inilah waktu yang saya dapatkan di personal komputer kantor saya ketika membuka situs BCA yang beralamat di http://www.bca.co.id/ini. Imej yang sederhana. Inilah kesan yang saya dapatkan ketika membuka situs BCA. Meski ada empat slider imej di tampilan muka alias home, namun itu tidak memakan waktu loading yang lama. Compress file imej yang bisa mereduksi besaran byte sebuah imej tentu bisa dilakukan oleh siapa saja yang mengelola sebuah situs, tetapi pilihan terhadap imej yang secara komposisi sederhana dan terkesan tidak ramai jarang dilakukan. Di situs ini saya melihat hal itu. Satu kesimpulan saya dapatkan dari melihat visual situs ini adalah “sangat biru” dan menyenangkan.

Desain situs juga dibuat berdaya guna. Landing page di bca.co.id dilengkapi dengan fitur GSA (Google Search Appliance). Fitur ini tentumemudahkan pengguna untuk mencari informasi mengenai fitur produk, jasa, info perbankan, dan aktivitas seputar Bank Central Asia in one-stop page. Pengguna akan merasakan Google like experience saat browsing di bca.co.id.

Di samping slider ada tiga tautan dalam kotak berwarna beda. Tautan ini menandakan layakan apa yang ingin diketahui oleh pengguna apakah Individual, Commercial, dan Corporate. Kemudian di bawah slider ada kotak pencarian dan diikuti oleh ikon-ikon yang juga layanan maupun informasi seputar  BCA seperti Promo, Lokasi BCA, Kurs BCA, Karir, Profil Perusahan.

Bagi saya ini adalah visualisasi situs korporasi yang lebih simple, nice-to-have, dan memudahkan users untuk mencari seputar BCA dengan lebih mudah. Buat saya yang bisa dibilang supersibuk ini tampilan situs BCA memberikan navigasi yang luar biasa mudah untuk menuju ke arah layanan atau informasi apa yang saya butuhkan.

Tapi… buat siapa saja yang memiliki waktu banyak dan ingin mengetahui informasi-informasi lainnya, situs BCA ini memberikan kemudahan. Lihatlah di pojok kanan bawah.  Ada tautan teks Versi Lengkap dengan ikon seperti re-cycle. Kalau kita meng-klik-nya, maka kita akan diarahkan pada tampilan situs yang ramai dan banyak memuat informasi. Bosan dengan visual padat? Tinggal klik ikon itu lagi dan visualnya kembali ke landing page-nya bca.co.id yang lebih simpel.

Sekali lagi bagi saya inilah contoh dari situs korporasi yang disenangi oleh pengunjung. Bukan pada banyaknya informasi yang disuguhkan, melainkan lebih pada desain atau komposisi visual yang lega memberikan navigasi secara simpel bagi pengguna.

Buat Anda yang masih penasaran, silahkan klik dan rasakan “sensasi” situs bca.co.id yang masih baru ini… sebuah langkah perubahan yang bagi saya patut diacungi jempol.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun