To the point saja, kekesalan saya dengan gaya penyampaian Valentino Simanjuntak saat menjadi komentator sepak bola sudah membuncah sejak jauh-jauh hari. Sayangnya ramai-ramai soal #GerakanMuteMassal ini baru terjadi belakangan, di saat saya sudah merasa bodo amat.
Sebagai pengingat, Valent mulai "berisik" ketika didapuk menjadi komentator Piala AFF U-19 tahun 2013. Pada momen itulah sebuah kata ikonik muncul dan hingga kini menjadi personal branding-nya: Jebreeet!
Masih banyak kata atau istilah lain dari mulutnya yang kalau dipikir-pikir merupakan perumpamaan yang brilian tapi jadi sangat menyebalkan kalau disebut-sebut terus dalam satu siaran pertandingan. Apalagi kalau ternyata perumpamaan yang ia serukan tidak sebombastis apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.
Salah satu puncak gereget saya kepada Valent terjadi saat ia menjadi komentator bulutangkis di Asian Games 2018. Sebagai orang yang senang dimanja dengan suara Gillian Clark atau duet lokal Mbak Yuni Kartika dan Bung Broto Happy, kehadiran Valent saat itu merusak suasana.
Oma Gilli (sebutan untuk Gillian Clark) memang kerap juga mengucap kata hiperbolik seperti "Unbelievable!", "Incredible!", atau "Oh my goodness!", tapi dirasa tepat menempatkannya dengan intonasi yang mantap.
Ia juga pandai mengatur ritme, di mana ia harus bersuara, di mana harus diam sejenak, sehingga penonton bisa merasakan emosi yang terjadi di lapangan. Bukan malah emosi kepada komentatornya.
Yap, di luar istilah-istilah yang sering Valent ciptakan, cerocosan tanpa hentinya lah yang paling membuat saya kesal. Ironisnya di beberapa kesempatan justru hal itu yang ia bangga-banggakan karena bisa berbicara tanpa henti sepanjang pertandingan. Termasuk di Piala Menpora 2021 yang sedang berjalan.
Saya teringat ucapan dosen pengampu mata kuliah Jurnalisme Televisi di kampus saya dulu, Pak (Alm) Dede Mulkan. Katanya, "Komentator sepak bola di televisi tidak perlu mendeskripsikan apa yang sudah bisa khalayak lihat di layar."
Memang benar, gaya seperti itu lebih identik dengan komentator di radio yang harus membantu pendengarnya membentuk theater of mind agar bisa membayangkan kejadian di lapangan. Beda dengan televisi, orang sudah bisa melihat apa yang terjadi.
Sementara Valent malah menyebutkan hampir semua kejadian detik per detik dan hampir tanpa jeda. Saya yang menyimak dari layar kaca malah ikut ngos-ngosan. Ngapain coba?! Nonton bola tuh cukup deg-degannya aja!
Bisa Dibandingkan tapi Memang Tidak Bisa Disamakan
Beberapa netizen pun membandingkan Valent dengan komentator kesohor lainnya di kancah internasional seperti Peter Drury yang juga sering menciptakan istilah-istilah unik. Valent diminta mencontoh Peter karena walaupun suka mengeluarkan kata-kata tak terduga tapi terdengar elegan bahkan dianggap puitis.Â