Selasa, 19 November 2019 adalah FIFA matchday bagi timnas Indonesia dan Malaysia. Keduanya bertemu dalam putaran kedua babak Kualifikasi Piala Dunia 2022. Pada pertemuan pertama, Indonesia dipermalukan 2-3 oleh tim tamu di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta (5/9).
Sejak pukul 2 siang waktu Malaysia, suporter Indonesia sudah berduyun-duyun memenuhi kawasan Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur. Padahal sepak mula pertandingan baru akan dimulai sekitar 8 jam kemudian, tepatnya 20.45.
Warna merah khas timnas Garuda mendominasi Gate E, titik kumpul bagi seluruh suporter Indonesia. Tegur sapa dan pelukan hangat terjadi tatkala para WNI yang sengaja datang untuk menonton laga timnas bertemu dengan WNI yang bermukim di Malaysia.
Saya tidak tahu pasti jumlahnya, tapi sesuai dengan kuota tiket yang tersedia dan memang terjual semua, kira-kira ada sekitar 4 ribu orang di tempat itu.
Jika di dalam negeri, kita tidak jarang dan bahkan sudah sangat bosan mendengar kabar ribut-ribut antarsuporter klub lokal di Indonesia. Namun saat mendukung timnas di negeri orang, perseteruan itu seakan jadi hal yang haram.
The Jakmania, Viking, Aremania, Bonek berbaur dan bercanda. Saling berbagi makanan ringan seraya memperbincangkan persiapan diri untuk menghadapi teror suporter tuan rumah.
Pukul 4 sore barulah gate dibuka untuk memberi kesempatan suporter masuk ke dalam stadion. Saya gembira akhirnya bertandang ke Stadion Bukit Jalil, salah satu stadion termegah di Asia.
Beberapa kelompok suporter timnas mulai memasang atribut bendera di pagar tribun. Ada La Grande Indonesia, Ultras Garuda, Curva Nord 45, Rogali (Rombongan Garuda Liar), dan lainnya. Sesekali kami meneriakkan chant, beradu dengan suara dari speaker stadion.

Sekira 2 jam sebelum laga, situasi di tribun sudah memanas. Sebab suporter Malaysia kubu "casual" satu persatu mengisi sektor di sebelah suporter Indonesia. Hanya dijeda satu sektor yang steril. Seolah kami memang difasilitasi untuk saling ricuh.
Kubu casual ini memang yang paling agresif dan punya masalah dengan kelompok suporter timnas Indonesia. Bahkan saat saya dan rombongan masih di bandara Soekarno-Hatta, kabarnya mereka sudah melakukan penyisiran terhadap suporter lawan.
Memang kenyataannya ada rekan kami yang tiba lebih dulu di Malaysia terkena sweeping tersebut dan dipukuli, paspornya pun diambil.