"Pis, idola lo, Pis. Seventeen," kata seorang teman pagi itu saat saya belum sepenuhnya sadar karena baru bangun tidur. Tapi saya tahu mereka sedang membicarakan peristiwa alam semalam.
Seorang teman lain menyahut, "Beni meninggal. Beni, Beni siapa personelnya?"
Saya paham bahwa yang dimaksud adalah Bani, bassist Seventeen. Mereka juga menyebut nama Oki, road manager Seventeen.
Saya pura-pura bingung tak menjawab sembari mengambil ponsel untuk memastikan sendiri.
"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun," ujar saya dalam hati saat melihat postingan video dalam akun Instagram sang vokalis Seventeen, Ifan.
Dalam caption di postingannya, Ifan menjelaskan bahwa Herman, Andi, dan istrinya, Dylan, masih hilang kontak. Saya yakin semua yang mendapat kabar tersebut pasti berharap mereka selamat.
***
Sabtu malam, 22 Desember 2018, saya tengah berada di Jatinangor, Sumedang untuk menghadiri syukuran kebersamaan saya dengan rekan-rekan kampus, secara amat sederhana. Meski tak banyak yang hadir, tapi momen itu tetap sangat menyenangkan.
Menyatukan kembali orang-orang yang berpisah selepas kuliah, karena sibuk dengan aktivitas masing-masing adalah waktu yang berharga. Meski terus bertumbuh, guyonan-guyonan khas kami tak pernah berubah. Penuh canda tawa. Saya pikir itu menjadi penutup tahun yang membahagiakan.
Sebagian besar dari kami berkarier sebagai jurnalis, meneruskan passion-nya yang tertanam sejak di kampus. Tak heran kalau masing-masing dari kami hampir selalu update dengan kabar terbaru, dalam situasi apa pun. Termasuk malam itu.
Seusai acara, kami mendapat kabar musibah gelombang air pasang di Serang, Banten. Semua menanti kejelasan apa yang terjadi sebenarnya. Maklum saat itu informasi yang beredar simpang siur.
Sebuah media menyatakan kejadian itu merupakan tsunami. Di sisi lain, BMKG tak mengiyakan, dengan dalih tak ada aktivitas seismik gempa yang mendahuluinya. Itu hanya air pasang yang kerap terjadi saat bulan purnama.