Penampilan Persib Bandung di Liga 1 musim 2017 hancur lebur. Menamai diri "The Golden Era" dengan dihuni deretan pemain mahal, Persib digadang menjadi juara. Salah satu kejutannya tentu saja kehadiran Michael Essien dan Charlton Cole di skuat Persib.
Namun penampilan yang inkonsisten mereka tunjukkan di Liga 1, membuat Persib terseok-seok di papan tengah. Bahkan Djadjang Nurdjaman mengundurkan diri dari kursi pelatih sebelum musim berakhir. Selepas Djadjang pergi, Persib tak mengontrak pelatih baru. Mereka hanya menjadikan asisten pelatih Herrie Setyawan serta pelatih fisik Yaya Sunarya sebagai caretaker. Persib hanya menduduki peringkat 13 di klasemen akhir.
Menyambut musim baru, Persib bergerak lambat dalam mengisi kekosongan posisi pelatih. Beberapa nama muncul, termasuk pelatih kawakan Rachmad Darmawan yang disebut sudah menjalin komunikasi. Namun kejutan terjadi tatkala Persib akhirnya menunjuk Roberto Carlos Mario Gomez dari Argentina sebagai pelatih kepala.
Gomez sendiri memang belum pernah berkarir di Indonesia, maka tak heran jika tidak banyak publik Tanah Air yang mengenalnya. Namun, kiprahnya sebagai pelatih sebenarnya cukup mentereng. Selama bertahun-tahun ia menjadi asisten pelatih Hector Cuper, baik di Real Mallorca, Valencia, hingga Inter Milan, sebelum akhirnya berdiri sendiri sebagai pelatih Gimnasia La Plata.
Pada 2015 ia memutuskan berkarir di Asia Tenggara, tepatnya di klub Johor Darul Takzim, Malaysia. Tak butuh waktu lama, di tahun itu juga pelatih kelahiran 27 Februari 1957 ini membawa klub tersebut merengkuh Piala AFC, kompetisi antarklub terbesar kedua di Asia. Total, Gomez meraih lima gelar di perjalannya bersama klub tersebut sampai 2017.
Gomez dan Tekanan Pelatih Asing di Persib
Kedatangan Mario Gomez ke Persib menumbuhkan asa baru bagi klub ibu kota Jawa Barat itu. Setelah musim yang memilukan, mau tak mau Persib harus kembali menegaskan namanya sebagai klub papan atas Indonesia. Persib menaruh harapan di tangan Gomez. Namun sayangnya sejarah mencatat bahwa Persib bukan tempat yang ramah bagi pelatih asing.
Terhitung ada delapan pelatih asing yang pernah membesut Persib. Mereka adalah Marek Janota (Polandia/1982), Marek Andrezj Sledzianowski (Polandia/2003), Juan Antonio Paez (Cile/2003-2004), Arcan Iurie (Moldova/2006-2007), Daniel Darko Janackovic (Serbia/2010), Jovo Cuckovic (Serbia/2010), Drago Mamic (Kroasia/2011), dan Dejan Antonic (2016). Semuanya tak berhasil membawa Persib meraih prestasi.
Publik Bandung, bahkan Jawa Barat, kadung menjadikan Persib sebagai kultur. Tak mengherankan jika mereka tidak ingin melihat ada yang salah di tubuh klub ini. Beberapa kali di musim lalu pendukung Persib menginvasi lapangan sesaat setelah pertandingan karena merasa kecewa melihat performa para pemain.
Gomez sendiri sudah merasakannya di Piala Presiden lalu. Saat itu Persib yang menjadi tuan rumah Grup A hanya berhasil mencatatkan satu kemenangan yaitu atas Sriwijaya FC dengan skor 1-0. Sementara sisanya Persib harus takluk dari PSMS Medan (0-2) dan PSM Makassar (0-1). Setelah laga terakhir melawan PSM, bobotoh kembali menginvasi lapangan.
Ia pun menanggapi tekanan ini sebagai bentuk motivasi. Baginya tak ada suporter mana pun yang ingin tim pujaannya kalah. Gomez meyakinkan bahwa Persib di bawah asuhannya membutuhkan proses bertahap dan dukungan dari suporter menjadi elemen penting perkembangan timnya.