Mohon tunggu...
Agus Salim Fajri
Agus Salim Fajri Mohon Tunggu... Guru - Belajar Setiap Saat

Lahir di Desa Kantan Muara, 25 Agustus 1991 *Riwayat Pendidikan: - SDN Kantan Muara 1 - SMPN 3 Pandih Batu - MAN Maliku - Universitas Palangka Raya. *Organisasi yang diikuti: - Pramuka - KNPI - Persaudaraan Setia Hati Terate

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penak Jamanmu Toh

26 Februari 2021   05:55 Diperbarui: 26 Februari 2021   06:15 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Piye Kabare? Penak Jamanku To?

Kita mungkin sering mendengar ungkapan di atas tadi. Disertai gambar presiden ke-2 Indonesia, seolah-olah membandingkan kondisi saat ini dengan masa lalu. Kondisi masa lalu memang tidak seperti sekarang ini. Semua sudah berkembang, semua sudah berubah. Perkembangan merupakan suatu kepastian yang tidak bisa di hindari. Kita harus mampu memaknai perubahan-perubahan yang terjadi itu dengan bijaksana.

Dulu belum ada jalan aspal di desa, sekarang ada. Bahkan kini jalur atau gang-gang pun sudah dibeton. Dulu belum ada siaran TV yang beraneka ragam seperti sekarang, hanya ada TVRI. Dulu belum ada handphone, sekarang sudah ada smartphone, laptop, dan lain sebagainya. Sudah disampaikan sebelumnya, bahwa perkembangan-perkembangan yang terjadi tidak bisa dihindari.

Sekarang, rasa gotong royong mulai luntur. Masyarakat berubah menjadi matrealistis. Kekompakan berkurang, banyak perselisihan yang terjadi, jarang dilakukan musyawarah. Siskamling dibebankan kepada hansip, tidak lagi ada jaga malam bergilir yang dilakukan masyarakat. Sekarang ada bantuan tunai kepada masyarakat, meskipun tidak semua menerima. Orang-orang menjadi malas, karena mengharap akan ada bantuan selanjutnya.

Anak-anak dan bahkan remaja sudah tidak lagi keluyuran di tempat-tempat bermain. Permainan berpindah dalam genggaman mereka, meskipun tidak semua seperti demikian. Masih ada anak yang rajin ke masjid-masjid, mushola-mushola. Masih banyak anak yang menyusuri parit untuk memancing ikan.

Dulu dan sekarang itu sama saja, tidak ada yang lebih buruk dan tidak ada yang lebih nyaman. Semua bergantung pada diri kita dan masyarakat sekitar dalam menyikapi serta memaknai perubahan-perubahan yang terjadi. Yang terpenting adalah bagaimana cara kita membekali anak-anak generasi mendatang agar lebih siap menghadapi perubahan yang terjadi.

Teknologi dikuasai, namun kegiatan bermasyarakat juga tetap berjalan. Semua memiliki smartphone, tetapi interaksi dengan lingkungan harus tetap berlangsung. Dengan bijak memanfaatkan teknologi, maka kita akan mampu menjadi masyarakat yang lebih baik tanpa harus selalu menunggu bantuan uang tunai. Jangan hanya teknologi yang berkembang, tetapi daya pikir masyarakat juga semestinya harus ikut berkembang agar tidak tergilas perubahan zaman.

Kantan Muara, 26 Februari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun