Di era demokrasi, gugatan akan kesetaraan gender di panggung politik menguat. Para aktivis perempuan, banyak meneriakan perlunya kesetaraan antara kaum hawa dan kaum adam, termasuk di bidang politik. Mereka menuntut perlunya kebijakan khusus yang memungkinkan kaum perempuan bisa setara secara politik dengan lawan jenisnya. Maka kemudian lahirlah, kebijakan affirmative action, sebuah kebijakan yang mengharuskan partai itu memasukan 30 persen perempuan dalam daftar calon legislatifnya. Artinya dari total jumlah caleg yang diusung partai, 30 persennya harus perempuan. Dan, itu berlaku di semua daerah pemilihan. Selain itu, nomor urut caleg perempuan jangan lagi ditaruh di nomor sepatu. Tapi, setidaknya dalam urutan tiga besar caleg, harus ada kaum hawanya.
Itu untuk urusan caleg. Tapi bagaimana untuk urusan capres? Ternyata affirmative action tak berlaku. Jadi, laki atau perempuan, punya kesempatan sama untuk jadi presiden. Faktanya juga, Indonesia pernah dipimpin oleh perempuan, yakni ketika Ibu Mega jadi Presiden menggantikan Gus Dur yang diturunkan oleh sidang istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR yang kala itu diketuai oleh Pak Amien Rais.
Tapi bagaimana sekarang persepsi pemilih, setelah Ibu Mega mencetak sejarah, sebagai perempuan pertama yang memimpin Indonesia. Apakah, presiden perempuan digandrungi? Baiklah, kita lacak saja lewat hasil survei. Salah satu hasil survei yang melacak itu adalah hasil survei Charta Politika, yang dirilis pada 26 Maret 2014. Â Survei Charta sendiri, dilakukan pada 1-8 Maret 2014, Â dengan jumlah responden yang dijadikan sampel sebanyak 1.200 orang.
Responden yang dijadikan sampel, adalah warga negara dewasa berusia minimum 17 tahun atau sudah memenuhi syarat untuk memilih dalam pemilihan umum. Survei, menggunakan metode wawancara tatap muka atau face to face interview  dengan memakai kuesioner terstruktur atau structured interview. Margin of error (MoE) survei Charta sendiri, +/-2,83 persen  pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Salah satu pertanyaan yang diajukan dalam survei adalah tentang jenis kelamin capres yang idamkan responden. Hasilnya, dari 1.200 responden yang ditanya, sebanyak 88,7 persen menjawab capres atau presiden yang memimpin Indonesia itu adalah harus seorang laki-laki. Sedangkan yang menjawab Presiden RI itu, sebaiknya seorang perempuan hanya 5,0 persen. Sisanya, 6, 3 persen responden menjawab tidak tahu.
Nah, sekarang yang muncul di bursa survei, kebanyakannya adalah capres berjenis kelamin laki-laki. Mereka, adalah Mas Jokowi, Pak Prabowo Subianto, Pak Aburizal Bakrie, Pak Wiranto dan capres lainnya yang juga berjenis kelamin laki-laki. Ibu Megawati sendiri dipastikan tidak akan maju sebagai capres, sebab ia sudah memandatkan capres untuk PDI-P, adalah Mas Jokowi. Begitu juga dengan Ibu Ani Yudhoyono, istri dari Pak SBY yang sudah dipastikan tak akan mencalonkan diri sebagai capres.
Begitu juga dalam bursa cawapres, tak ada calon berjenis kelamin perempuan yang disebut dalam berbagai hasil survei. Mayoritas cawapres yang difavoritkan responden berjenis kelamin laki-laki, mulai dari Pak JK, Mas Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Pak Dahlan Iskan, dan lain-lainnya. Â Tapi ada satu nama perempuan yang menyeruak, yakni Ibu Tri Rismaharini atau Ibu Risma, Wali Kota Surabaya. Namun sayang, sepertinya Ibu Risma tak terlalu berminat untuk jadi cawapres.
Padahal dulu, saat hingar bingar mulai ditabuh, muncul nama Ibu Sri Mulyani Indrawati, mantan Menteri Keuangan yang kini berkarir sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Tapi sayang, partai yang menjagokan Ibu Sri Mulyani, yakni Partai Serikat Rakyat Independen (SRI) gagal lolos verifikasi partai di Komisi Pemilihan Umum, sehingga gagal pula ikut pemilu 2014.
Apakah sikap responden yang menyatakan lebih suka Indonesia dipimpin oleh kaum adam, cerminan kekecewaan terhadap kepemimpinan Ibu Mega saat jadi Presiden RI? Saya tak tahu, apakah karena itu atau tidak. Namun faktanya, Presiden yang diidamkan adalah yang berjenis kelamin laki-laki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H