Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Seperti El Clasico-nya Madrid dan Barcelona

10 April 2014   04:40 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:51 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Persaingan politik di Indonesia, sepertinya tak banyak berubah. Kompetisi antar partai yang ikut pemilu, hasilnya tidak terlalu banyak berubah. Dua partai, Golkar dan PDI-P, selalu bersaing ketat di setiap pemilu. Persaingan mereka, seperti perseteruan antara klub Real Madrid dan Barcelona di pentas La Liga Spanyol. Mungkin, bisa dikatakan, persaingan dan perseteruan antara banteng dan beringin, ibarat el clasico-nya politik Indonesia. Ini, persaingan klasik.

Pada pemilu 1999, misalnya, sebagai pesta demokrasi pertama sejak Soeharto lengser, banteng berhasil keluar sebagai juara liga pemilu Indonesia. Partai besutan Megawati itu, sukses mendulang 35, 6 juta suara atau 33,74 persen.  Sebagai runner up, adalah Beringin, dengan raihan suara sebanyak 23, 7 juta suara atau 22,44 persen. Baru, pada pemilu 2004, giliran Beringin yang berhasil membalaskan kekalahannya di kompetisi politik 1999. Golkar, tampil sebagai juara pemilu 2004, dengan torehan suara sebanyak 24,4 juta suara atau 21,58 persen.  Sementara PDI-P, mesti puas sebagai runner up perolehan suara terbanyak. Partai banteng moncong putih hanya sanggup mendapatkan  21 juta suara atau  18,53 persen.

Perubahan konstelasi terjadi pada Pemilu 2009, dimana Partai Demokrat langsung menyodok ke urutan puncak klasmen perolehan suara pemilu. Partai yang dikomandani Pak SBY ini, berhasil 'mempecundangi' dua partai yang selama ini selalu menguasai liga pemilu di Indonesia. Demokrat, pada pemilu 2009 ini, berhasil mendapatkan  20, 85 persen suara.  Dengan raihan sebesar itu, Demokrat dinobatkan oleh KPU, sebagai juara liga politik 2009. Di tempat kedua, adalah Golkar, yang hanya bisa mendulang 14, 45 persen suara. Posisi tiga, ditempati PDI-P, dengan raihan suara sebanyak  14,03 persen.

Kalau dalam sepakbola, mungkin Demokrat ini seperti Atletico Madrid, klub bola yang berkompetisi di Liga Spanyol. Atletico, sukses membuat dua klub penguasa La Liga, Madrid dan Barca, ketar-ketir. Bahkan, Atletico, berpeluang menjadi kampiun liga. Sangat mungkin, itu terjadi. Bila Atletico juara, ya bolehlah disamakan dengan fenomena Demokrat, ketika menjuarai liga pemilu di Indonesia pada 2009.

Eksistensi klub, beserta keberhasilannya, memang tak lepas dari peran pelatihnya atau manajer klub. Kalau dalam partai, mungkin posisi manajer atau pelatih itu, adalah ketua umum. Ketua umum sangat berperan, membuat partai yang dikemudikannya itu, apakah akan jadi klub politik yang disegani lawan atau tidak. Maka, racikan strategi sangat menentukan. Pun, penempatan pemain, atau dalam partai penempatan pengurus serta caleg.

Sekarang, Demokrat sedang terseok. Padahal ia berstatus sebagai juara pemilu 2009. Partai tersebut, sebenarnya punya manajer yang terbilang cakap untuk urusan pencitraan, dalam hal ini adalah Pak SBY. Tapi, sepertinya penempatan pemain yang salah, sehingga 'permainan ' Demokrat tak berkembang di lapangan politik Indonesia. Salah satu pemain yang salah ditempatkan adalah M Nazaruddin. Kasus Nazaruddin-lah, yang membuat Demokrat harus mengalami badai dahsyat.

Lewat kicauannya, Nazar membeber kasus demi kasus yang kemudian menyeret elit Demokrat lainnya. Angelina Sondakh, mantan Putri Indonesia, yang harus merasakan kenyataan pahit, ikut tersapu badai yang ditiupkan Nazar. Setelah itu, giliran Pak Andi Mallarangeng, yang terjerembab. Puncaknya, adalah Mas Anas Urbaningrum, yang terpaksa harus lengser dari jabatan ketua umum Demokrat setelah ia ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Padahal, jabatan ketua umum itu,  susah payah ia  rebut dalam kongres partai yang digelar di Bandung, beberapa tahun yang lalu.

Pada akhirnya, tim Demokrat pun seperti tak siap menyongsong musim kompetisi politik 2014. Dalam beberapa hasil sigi politik yang dilansir berbagai lembaga survei, elektabilitas terseok-seok, diprediksikan bakal melorot dari urutan pertama menjadi paling banter menduduki posisi empat. Memang, dengan kondisi partai seperti itu, dimana mental politik kader partai sedang jatuh, Pak SBY, sebagai manajer Demokrat, sulit untuk menerapkan strategi permainan, apakah bakal menggunakan taka-tiki ala Barcelona, atau memakai hit and run-nya seperti klub-klub bola di Inggris, atau juga total footbal ala Belanda.  Terbukti, hasil hitung cepat yang dilansir beberapa lembaga survei, sesaat setelah pemungutan suara di lakukan, posisi Demokrat melorot ke bawah, hanya menempati posisi empat besar.

Hitung cepat Indikator Politik Indonesia (IPI), misalnya, menempatkan Demokrat di urutan empat dengan raihan suara sebanyak 9,86 persen. Kalah jauh oleh PDI-P yang berada diurutan pertama dengan raihan suara sebanyak 18,93 persen. Posisi dua, di tempati Golkar dengan raupan dukungan  14,63 persen suara. Berikutnya, Gerindra diurutan tiga, dengan dulangan suara sebanyak 12,23 persen.

Hasil  quick count lembaga pimpinan Mas Burhanuddin Muhtadi juga tak jauh beda dengan hasil hitung cepat Lingkaran Survei Indonesia (LSI), pimpinan Mas Denny JA.  Berikut hasil lengkap hitung cepat LSI yang dipublikasikan pukul 19.00 WIB. PDI-P, mendapat  (19,78 %), Golkar (14,61 %), Gerindra (11,85 %), Demokrat (9,71 %), PKB (9,09 %), PAN(7,42 %), PPP (7,03 %), PKS (6,61 %), NasDem (6,31 %), Hanura (5,24 %), PBB (1,38 %) dan juru kunci PKPI yang hanya meraup 0,98 % suara.

Artinya,bila melihat hasil hitung cepat itu, formasi klasmen politik kembali ke semula, seperti pada 1999 dan 2004. PDI-P, kembali dinomor satu, bersaing ketat dengan Golkar yang ada di posisi dua. Jadi El Clasico, masih antara PDI-P dan Golkar, antara banteng dengan beringin. El Clasico politik Indonesia, sempat di interupsi oleh Demokrat, yang tampil mengejutkan dan menjadi kampiun liga pemilu 2009.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun