Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prediksi Koalisi Menurut Mas Djayadi Hanan

14 April 2014   06:32 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:42 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Minggu, 13 April 2014, di Waroeng Daun, sebuah restoran yang ada di daerah Cikini, Jakarta Pusat, di gelar sebuah diskusi bertajuk, “Tiga Skenario Koalisi Pilpres 2014.”  Yang punya hajat, adalah Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC),  lembaga riset politik yang dikomandani oleh Mas Saiful Mujani. Hadir sebagai pembicara, Mas Djayadi Hanan, Direktur Risetnya SMRC, Ibu Andi Nurpati, mewakili Partai Demokrat, Mas Yorry Raweyai dari Golkar, lalu Mas Marwan Jakfar, dari PKB.  Saya kebetulan hadir di diskusi itu.

Dalam paparannya, Mas Djayadi coba mengotak-atik kemungkinan koalisi partai dalam Pemilihan Presiden nanti. Menurut Mas Djayadi, ada beberapa kemungkinan banguna  koalisi dalam Pilpres nanti. Kemungkinan pertama adalah koalisi yang ia namakan, Gotong Royong Perjuangan Bangsa. Koalisi gotong royong ini, menurut Mas Djayadi, kemungkinan besar bakal didorong oleh PDI-P, Partai NasDem dan PKB.  Capres yang bakal diusung, siapa lagi kalau bukan Mas Jokowi, yang sudah dicalonkan PDI-P. Dalam hasil hitung cepat, PDI-P memperoleh 19 persenan suara yang menempatkan partai pimpinan Ibu Mega itu, sebagai partai yang paling banyak memperoleh suara. Sementara NasDem, partai yang dikomandani Pak Surya Paloh, berdasarkan hasil hitung cepat, perolehan suaranya 6-7 persenan. Lalu PKB, partai yang dinakhodai Mas Muhaimin Iskandar, mendapat 9 persenan suara. Maka kalau ditotal, gabungan suara dari ketiga partai itu mencapai sekitar 34 persenan.

Bangunan koalisi lain yang kemungkinan besar bakal terwujud adalah koalisi antara Partai Gerindra dan PAN. Mas Djayadi menamakannya koalisi Gerakan Amanat Indonesia. Partai Gerindra, menurut hasil hitung cepat, berhasil mendulang suara 12 persenan. Sedangkan PAN, sukses meraup 7 persenan suara. Partai Gerindra, adalah partai yang dilahirkan oleh Pak Prabowo Subianto. Kini, Pak Prabowo adalah capres harga matinya Gerindra. Sementara PAN, adalah partai yang sekarang dikomandani Pak Hatta Rajasa, Menko Perekonomian, sekaligus besan dari Pak SBY, Ketua Umum Partai Demokrat yang juga Presiden RI saat ini.  Bila dua partai ini jadi berkoalisi, maka total suara gabungannya mencapai 19 persenan. Mungkin masih kurang. Karena syarat pencapresan adalah 25 persen suara atau 20 persen raihan kursi. Tenang saja, masih ada partai lain yang bisa digandeng, PPP misalnya.

Kemungkinan PPP merapat ke kubunya Pak Prabowo. Sinyal itu sudah terlihat, ketika Pak Suryadharma Ali, hadir di kampanyenya Gerindra yang menghadirkan Pak Prabowo di Gelora Senayan, beberapa waktu yang lalu. Tapi mungkin agak alot, sebab di tubuh PPP sendiri, muncul gerakan yang menolak langkah Pak Suryadharma merapat ke Pak Prabowo. Motor gerakan yang menolak ini adalah Pak Emron Pangkapi, Wakil Ketua Umum PPP. Bahkan Pak Emron melempar wacana, Pak Suryadharma mesti dicopot dari jabatannya sebagai ketua umum. Rame saja nih.

Lalu, koalisi lainya, kata Mas Djayadi, adalah koalisi yang ia beri nama Koalisi Karya Demokrat. Anggota koalisi ini, adalah Golkar dan Demokrat. Menurut hasil hitung cepat, Golkar yang sekarang dikomandani Pak Aburizal Bakrie atau Pak Ical, meraup suara 14 persenan. Sedangkan Demokrat, partainya Pak SBY, mendulang suara 9 persenan.

Capres dari koalisi Karya Demokrat ini, tentunya adalah Pak Ical yang sudah diusung sejak jauh-jauh hari oleh beringin. Tapi bukan perkara mudah bagi Pak Ical bisa memenangi Pilpres. Bisa jadi ia nasibnya akan seperti Pak Wiranto, yang dulu menjadi capres beringin pada 2004, atau Pak Jusuf Kalla (Pak JK), capres Golkar pada Pilpres 2009. Dua capres beringin itu, mesti menelan pil pahit, kalah oleh orang yang sama yakni Pak SBY.

Padahal pada 2004, Golkar adalah partai yang menjuarai kompetisi politik pemilu legislatif. Pak Wiranto diusung setelah ia menang dalam konvensi penjaringan capres yang dilakukan Partai Golkar. Berpasangan dengan Kyai Solahuddin Wahid, Pak Wiranto maju gelanggang. Tapi kemudian kalah.  Kekalahan Pak Wiranto, menurut analisa banyak pengamat saa itu, karena mesin Golkar tak dijalankan sepenuhnya. Beringin tidak solid. Ketidaksolidan itu, berpangkal dari setengah hatinya Bang Akbar Tandjun, Ketua Umum Golkar saat itu dalam mendukung Pak Wiranto. Bang Akbar, adalah orang yang dikalahkan Pak Wiranto pada saat konvensi.

Nasib pahit kembali dialami jagoan Golkar saat Pilpres 2009. Mengusung Pak JK yang berduet dengan Pak Wiranto, Golkar kembali menelan kekalahan. Analisa Golkar tak solid dalam mendukung Pak JK kembali muncul ke permukaan. Kubu Bang Akbar disebut-sebut kurang mendukung duet Pak JK dan Pak Wiranto. Bang Akbar sendiri, ketika Pak SBY belum memutuskan akan menggandeng Pak Boediono, sempat bermanuver, mencoba menarik dukungan agar bisa menjadi cawapresnya Pak SBY. Kala itu, Partai Demokrat, keluar sebagai jawara pemilu legislatif dengan torehan 20 persenan suara.  Sejarah mencatatkan, Pak SBY menang bersama Pak Boediono di Pilpres 2009.

Kini beringin mengusung Pak Ical, juru mudi Golkar saat ini. Tapi  pencapresan Pak Ical bukannya mulus-mulus saja. Di internal partainya, muncul suara agar pencapresan Pak Ical di evaluasi. Mereka yang meminta agar Pak Ical di evaluasi, melihat elektabilitas jagoan Golkar itu tak juga kunjung mengkilap, masih kalah oleh Mas Jokowi, jagoannya PDI-P dan Pak Prabowo,  capres Gerindra. Kita lihat saja nanti, apakah Pak Ical akan menelan pil pahit seperti yang dialami Pak Wiranto dan Pak JK? Atau justru sebaliknya............

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun