Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pejabat yang Sayang Anak

3 Februari 2016   20:47 Diperbarui: 4 Februari 2016   10:05 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa yang ditakuti pejabat baik itu pejabat pusat maupun pejabat daerah? Banyak yang mengatakan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah lembaga yang paling ditakuti pejabat. Bahkan tak hanya oleh pejabat, komisi yang bermarkas di Rasuna Said itu ditakuti, tapi para legiskator dan ketua partai pun gentar.

Ya, sudah banyak pejabat baik di pusat maupun di daerah yang digelandang ke Rasuna Said karena tersangkut kasus rasuah. Bahkan ada beberapa menteri yang terpaksa pula mesti merasakan hidup di bui. Suryadharma Ali, Andi Mallarangeng, Jero Wacik adalah sederet menteri yang akhirnya terpaksa mesti merasakan pengapnya ruang tahanan. Siapa yang membuat mereka terpaksa mesti mencicipi hidup di hotel prodeo? Tak lain adalah KPK.

Tapi ternyata ada yang tak begitu takut dengan KPK. Siapa dia? Dia adalah Reydonnyzar Moenek, pejabat di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Kata Donny, demikian panggilan akrabnya, dia memang takut oleh KPK, tapi bila ia melakukan kesalahan misal mengakali anggaran atau mark up sebuah proyek. Tapi bila bekerja sesuai aturan, kata dia, apa yang harus ditakutkan. Baginya sebagai seorang birokrat, bekerja mesti sesuai aturan. Aturan yang harus jadi rujukan utama ketika hendak mengeluarkan sebuah kebijakan. Selama itu tak dilanggar, tak perlu takut.

Lalu siapa yang membuatnya takut? Ternyata dia mengaku sangat takut oleh anaknya. Sekali anaknya merengek, apalagi sampai ngambek, dia akan merasa sangat takut. Tentang ini saya punya cerita tentang betapa takutnya Reydonyzar oleh anaknya. Reydonyzar sendiri punya dua anak.

Suatu waktu saya diundang oleh Kemendagri untuk meliput kegiatan Menteri Dalam Negeri yang ketika itu masih dijabat oleh Gamawan Fauzi. Kala itu, Gamawan hendak melakukan kunjungan kerja ke Padang, Sumatera Barat. Sumatera Barat sendiri, ibarat tanah lahir bagi Gamawan. Di Solok, salah satu kabupaten di Sumatera Barat, Gamawan lahir. Bahkan di Solok, Gamawan pernah jadi bupati. Tak hanya jadi bupati, Gamawan pun sebelum diangkat jadi Menteri Dalam Negeri, pernah jadi Gubernur Sumatera Barat. Bahkan, kala ditarik ke kabinet, Gamawan masih jadi Gubernur.

Nah, kunjungan kerja ke Padang, bagi Gamawan ibarat pulang kampung. Ikut dalam rombongan kunjungan Mendagri, Reydonnyzar Moenek. Saat itu lelaki yang juga berdarah Padang itu sedang menjabat sebagai juru bicara Mendagri alias Kepala Pusat Penerangan Kemendagri. Sebagai Kapuspen tentunya Reydonnyzar mesti terus melekat pada bosnya yaitu Mendagri.

Singkat cerita agenda kunjungan kerja Mendagri selesai menjelang sore. Untuk selanjutnya Gamawan ingin menengok kampung halamannya di Solok. Saat itu, hari Jumat. Saya yang ikut dalam kunjungan kerja ternyata harus menginap semalam di Padang. Rencananya esok hari, hari Sabtu saya baru pulang ke Jakarta.

Usai menemani Mendagri bertemu dengan pejabat teras provinsi Sumatera Barat, saya diajak oleh Reydonnyzar. Saya pun naik satu mobil dengannya. Saya pikir hendak jalan- jalan. Ternyata mobil yang saya tumpangi meluncur ke arah bandara. Saya pun bingung. Dan bertanya pada Reydonnyzar.

" Kok ke bandara pak?" tanya saya.

Reydonnyzar pun menjawab, ia harus pulang sore itu juga ke Jakarta. Katanya, ada perintah yang tak bisa ditolak. Saya makin bingung mendengarnya. Siapa yang memberi perintah padanya sehingga harus pulang ke Jakarta sore itu juga. Gamawan kah, bosnya di Kemendagri? Ternyata bukan Gamawan yang memerintahkan Reydonnyzar harus pulang ke Jakarta petang itu juga. Tapi sang anak yang memberi titah.

Reydonnyzar pun kemudian bercerita. Kata dia, kalau sudah anaknya yang memerintah, ia tak bisa menolak. Kebetulan sebelum berangkat ke Padang, ia sempat berjanji, saat libur akhir pekan ia akan menemani anaknya jalan-jalan. Ya janji itu yang harus ia tepati. Dan anaknya pun sudah menelpon untuk mengingatkan dia akan janjinya. Reydonnyzar mengaku takut bila tak pulang anaknya bakal ngambek. Maka ia pun bela-belain terbang ke Jakarta hari itu juga. Dan, untungnya masih ada penerbangan ke Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun