Menurut saya, pembantu presiden yang paling loyal dan setia di kabinet Indonesia bersatu jilid dua, adalah Pak Patrialis Akbar, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Ini penilian subjektif saya.
Bagaimana tidak, di kantor tempat Pak Patrialis bekerja, di bilangan Kuningan, reklame apapun tentang program kementerian itu, selalu ada gambar Pak Patrialis dan Pak Esbeye atasannya. Misalnya dalam reklame seleksi pimpinan KPK, gambar Pak Esbeye bersanding dengan gambar Pak Patrialis.
Pun dalam reklame terbaru, yang terpasang juga di halaman kantor Pak Patrialis, gambarnya dengan Pak Esbeye kembali bersanding. Pak Patrialis mungkin sadar diri, ia adalah pembantu presiden. Maka, reklame di kementeriannya pun harus selalu ada gambar 'majikannya'. Biar tak dianggap 'kurang ajar'.
Bandingkan dengan reklame dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, gambar utamanya hanya Pak Muhaimin sang menteri di kementerian itu. Saya sempat melihat reklame besar berisi pesan tentang pentingnya keselamatan kerja. Di reklame itu, gambar Pak Muhaimin memakai helm, paling menonjol. Dan yang pasti tak seperti reklame Pak Patrialis, reklame Pak Muhaimin, minus gambar Pak Esbeye, atasannya.
Pun reklame menteri yang lainnya, misalnya Pak Suryadharma, hanya gambar Pak Menteri Agama yang nampang di papan reklame.
Tentu itu penilaian subjektif saya, yang hanya menilai dari keberadaan reklame yang dipasang para pembantu presiden. Namun yang pasti, meski berasal dari PAN, Pak Patrialis bukanlah ketua umum partai. Beda dengan Pak Muhaimin dan Pak Suryadharma Ali yang ketua partai, dimana nanti menjelang pemilu, partainya masing-masing akan bersaing dengan partainya Pak Esbeye.
Mudah-mudahan, semuanya loyal. Semuanya menteri yang patuh dan siap melaksanakan tugas yang diberikan bos besarnya di kabinet, agar seluruh program pemerintah berjalan lancar dan maksimal. Mudah-mudahan. Tapi kok kenapa ya, UKP4, lembaga bentukan presiden untuk mengevaluasi kinerja kementerian, menilai kinerja para pembantu presiden, sebagian masih memble. Tidak loyalkah mereka? Atau bagaimana?
Coba tanyakan pada rumput yang bergoyang, kenapa masih kabinet masih memble?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H