Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki penuh darah penuh nanah
Seperti udara, kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Demikian penggalan lirik lagu "Ibu" yang dinyanyikan Iwan Fals, salah satu penyanyi legenda di Indonesia. Lagu ini, sangat menyentuh. Liriknya sederhana, tapi mengena dan sarat makna.
Ibu, memang sosok 'besar' bagi siapa pun. Di telapak kakinya surga berada. Maka, siapa pun, sekali melukai hatinya, cap anak durhaka ditimpakan. Dalam dongeng, kata yang diucap ibu yang terluka hatinya bak kutukan. Cerita Malin Kundang, mengambarkan itu.
Pada 22 Desember, adalah hari istimewa bagi kaum Ibu. Tanggal itu, hari Ibu diperingati. Bagi yang kemudian bersedia merefleksikan diri, hari Ibu, tak sekedar sebuah hari peringatan. Tapi, hari yang harus dijadikan momentum, melihat serta merenungkan kembali betapa besarnya peran Ibu dalam kehidupan, baik dalam keluarga, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ada sebuah perumpamaan menarik tentang sosok Ibu dari Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo. Kata dia, ibu adalah sosok istimewa, tak hanya bagi anak-anaknya, suami, atau keluarga. Namun seorang Ibu juga punya peran penting bagi negara, khususnya bagi pembangunan di republik ini. Ibu menurut mantan Sekretaris Jenderal PDIP itu, adalah tulang rusuk negara. Dia, tulang rusuk pembangunan.
"Seorang Ibu, adalah tulang rusuk pembangunan," kata Tjahjo dalam pernyataannya menyambut hari Ibu kemarin.
Seorang Ibu, kata dia, adalah penyemai nilai kehidupan bagi anak-anaknya. Bahkan, lewat sentuhan tangan seorang ibu, bangunan nilai sebuah keluarga disusun dan dibentuk. Nilai itulah yang akan mewarnai kehidupan yang lebih luas, dalam masyarakat, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lewat sentuhan tangan Ibu pula kata Tjahjo, karakter sebuah bangsa ditentukan. Ibu, bisa dikatakan salah satu penentu utama dalam mewujudkan Indonesia yang berdikari dalam ekonomi, berdaulat di bidang politik serta berkepribadian dalam kebudayaan.
" Kaum Ibu sekarang adalah wanita yang harus andil dalam membangun bangsa dan negara," katanya.
Jadi, jangan pernah remehkan kaum Ibu. Jangan sepelekan kaum perempuan. Lewat tangannya, banyak jejak sejarah telah dibuat. Raden Ajeng Kartini, Dewi Sartika, Rasuna Said, Cut Nyak Mutia, Cut Nyak Dien sampai Megawati Soekarnoputri adalah sederet perempuan yang pernah menorehkan sejarah di republik. Dan masih banyak lagi perempuan hebat di republik ini. Yang pasti, jutaan perempuan lainnya, tercatat atau tak tercatat punya peran dalam memberi warna bagi perjalanan bangsa ini.
" Selamat hari Ibu," kata Tjahjo.