Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kian Jauh Jarak Senayan ke Istana

15 April 2014   03:29 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:40 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kenal dengan Marzuki Alie? Rasanya, banyak yang mengenal beliau. Kalau tak kenal, rada kebangetan, sebab jabatan Pak Marzuki sekarang, bukanlah sembarangan. Dia adalah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), lembaga wakil rakyat yang terhormat.
Pak Marzukie ini, adalah salah satu peserta konvensi penjaringan capres Partai Demokrat. Di Demokrat, Pak Marzuki ini salah satu pentolan pentingnya, selain Pak SBY, figur sentralnya. Jabatan Pak Marzuki di Demokrat saat ini, adalah Wakil Ketua Majelis Tinggi. Sementara Ketua Majelis Tingginya adalah Pak SBY.
Pak Marzuki juga sempat jadi Sekjennya Partai Demokrat, kala Pak Hadi Utomo jadi ketua umumnya. Kemudian, pada kongres Demokrat di Bandung, beberapa tahun yang lewat, Pak Marzuki juga coba naik kelas dengan membidik kursi ketua umum. Sayang, Pak Marzuki kalah oleh Mas Anas Urbaningrum yang terpilih dalam kongres tersebut, sebagai ketua umum. Dalam kongres, ada tiga kontestan yang bertanding merebut kursi Demokrat 1. Tiga kontestan itu, Pak Marzuki sendiri, lalu Mas Anas, terakhir Pak Andi Mallarangeng.
Tapi nasib buruk dialami Mas Anas. Ia mengundurkan diri karena tersangkut kasus dugaan korupsi proyek Hambalang. Kini Mas Anas sudah ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, dengan status tersangka. Pak Marzuki sendiri, lolos dari kasus itu, meski sudah sempat diperiksa KPK. Sementara Pak Andi Mallarangeng, nasibnya sama dengan Mas Anas, terseret kasus Hambalang. Pak Andi juga kini sudah diterungku KPK.
Menjelang pemilu legislatif, Partai Demokrat menggelar hajatan konvensi. Konvensi ini digagas oleh Pak SBY, tujuannya menjaring calon presiden yang mungkin akan diusung Demokrat pada Pilpres nanti. Pesertanya banyak, antara lain, Pak Dahlan Iskan, Pak Gita Wirjawan, Mas Anies Baswedan, Mas Ali Masykur Musa, Mas Dino Patti Djalal, Pak Hayono Isman, Pak Irman Gusman, Pak Sinyo Harry Sarundajang, Pak Pramono Edhie Wibowo dan Pak Marzuki Alie sendiri.
Mereka pun sudah dipromosikan. Ajang debat pun sudah dilakukan. Safari calon dilaksanakan. Tujuannya biar para peserta konvensi itu dikenal publik.
Sayang seribu sayang, segala ikhtiar yang sudah dilakukan, belum juga mampu mendongkrak elektabilitas dan popularitas para kontestan konvensi. Mereka masih kalah oleh capres partai lain, misalnya Mas Jokowi, Pak Prabowo, Pak Aburizal Bakrie atau Pak Ical dan Pak Wiranto. Mungkin diantara kontestan konvensi, yang paling mencorong pamornya hanya Pak Dahlan Iskan. Sementara Pak Marzuki dan lainnya, tercecer di papan bawah. Bursa survei capres setidaknya yang mencatatkan itu.
Pemilu legislatif pun tiba. Pada 9 April, sebagian besar pemilih menunaikan hak pilihnya di bilik-bilik suara. Setelah itu, muncul hasil hitungan cepat yang dilansir beberapa lembaga survei yang coba memotret perkiraan klasmen perolehan suara. Hasilnya, PDI-P di tempat pertama dengan raihan 19 persenan suara. Diikuti Golkar dengan 14 persenan suara, Gerindra dengan 12 persenan suara, lalu Demokrat yang anjlok dari 20 persenan suara pada pemilu sebelumnya, menjadi 9 persenan suara saja pada pemilu kali ini.
Jelas raihan suara Demokrat yang anjlok, membuat nasib konvensi penjaringan capres tak jelas. Bahkan salah seorang peserta konvensi yang paling mengkilap elektabilitasnya, Pak Dahlan sudah pasrah, apakah konvensi akan dilanjutkan atau tidak. Sebab dengan hanya meraup 9 persenan suara, berat bagi Demokrat bisa mengusung capresnya sendiri. Demokrat mesti bisa merangkul beberapa partai bila memang ingin mengusung capresnya. Bila tidak, pilihan lainnya adalah merapat ke partai yang meraup suara lebih besar, dengan menawarkan posisi cawapres.
Dengan fakta seperti itu, nasib Pak Marzuki juga kian tak jelas. Asanya bisa naik kelas dari Ketua Senayan menjadi Presiden RI, sepertinya akan pupus. Tiket ke Istana kian jauh saja dari genggaman. Berat memang langkah Pak Marzuki dari Senayan ke Istana. Jaraknya bahkan kian jauh saja, dengan hasil yang diraih Demokrat pada pemilu kali ini. Apalagi, kabarnya Pak Marzuki juga tak lolos sebagai caleg DPRI RI. Ia maju lewat Daerah Pemilihan Jakarta III. Menurut hasil hitung cepat Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang juga coba menghitung raihan suara partai per dapil, untuk dapilnya Pak Marzuki, Demokrat terancam sama sekali tak dapat satu pun kursi. Sepertinya kian jauh saja jarak Senayan ke Istana. Mau apa lagi itulah politik, yang acapkali menjatuhkan seseorang dengan cepatnya, bahkan sampai titik nadir...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun