Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jangan Menyesal Bila Nanti Dikadalin Pemilih

1 April 2014   04:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:14 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Musim kampanye ternyata tak semata menghasilkan keriuhan semata. Tapi, musim kampanye juga menjadi berkah rejeki bagi beberapa orang. Salah satunya Wanto, seorang supir angkot.  Saya pernah berbincang dengannya, saat Wanto tengah menunggu massa yang akan pergi ikut kampanye terbuka seorang caleg DPRD dari Gerindra, di daerah Sawangan, Depok Jawa Barat. Angkotnya disewa untuk mengangkut peserta kampanye.

“ Lumayan pak, saya dapat sewaan 250 ribu angkut yang mau kampanye,” kata Wanto.

Di tempat itu juga saya sempat berbincang dengan Effendi, seorang warga Sawangan. Kepada saya ia mengaku mau ikut meramaikan kampanye caleg, karena tergiur bayarannya. Effendi, saat itu sudah berbaju Gerindra, dengan gambar caleg dari partai tersebut. Menurut Effendi, bila tak ada bayaran, ia pun enggan ikut.

“Banyak yang nawarin ikut, tapi kalau dikasih kaos doang mah, ngapain ikut. Tapi kalau dikasih duit, ya ayo saja ikut," katanya.

Kawannya, Ahmad Yanuardi, mengamini. Ia mau ikut kampanye karena iming-iming bayaran. Dari pada suntuk dirumah, kebetulan pula ia masuk kerja malam, maka ia memutuskan ikut kampanye. Sama seperti Effendi, dia juga tak akan berangkat kampanye bila tak ada ongkosnya.

“ Lumayan mas, dapat 50 ribu. Lumayan buat beli rokok dan bensin. Ini disediakan angkot pula, jadi bersih he.he.he,” kata Ahmad Yanuardi.

Saat ditanya, apakah dengan diberi uang, lantas pilihannya pun akan dijatuhkan kepada caleg bersangkutan, keduanya tertawa. " Enggak tahu, lihat saja nanti deh," kata Effendi. Jawaban senada juga di ungkapkan Ahmad. Ia mengatakan, meski diberi uang, belum tentu ia akan memilihnya. “ Kan kalau milih rahasia, enggak ada yang tahu, “ katanya.

Jadi, jangan kadalin rakyat, karena kerap kali mereka lebih cerdas dan pintar. Mereka terima uangnya, tapi mencoblos, mohon maaf itu rahasia. Namun yang pasti, menggaet minat pemilih dengan rupiah, bukanlah sikap yang elok. Justru itu yang makin melanggengkan praktek politik transaksional. Itu tak mendidik sama sekali. Tapi, kalau memang mau pilih cara itu silahkan saja, namun jangan menyesal, bila kemudian dikadalin pemilih. Yang terjadi, bisa-bisa fulus habis, tapi kursi tak jadi terbeli. Nyesek kan kalau begitu. Apalagi, bila uang politik itu, sebagian datang dari utangan. Bisa-bisa masuk rumah sakit jiwa.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun