PT Merpati Nusantara Airlines (MNA), sedang berdarah-darah. Karena utang menggunung, kini sayap Merpati terpaksa tak lagi mengepak. Bahkan maskapai perintis itu pun, terancam bubar. Beberapa kalangan meminta, agar Merpati jangan dimatikan. Harus dicari solusi, agar Merpati kembali mengepakan sayap di langit nusantara.
Salah satu tokoh yang meminta agar Merpati tak 'dibunuh' adalah Guru Besar Ekonomi Universitas (UI) Sri Edi Swasono. Sri Edi Swasono, meminta Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan tidak ‘membunuh’ PT Merpati Nusantara Airlines (MNA). Merpati harus tetap hidup, jangan sampai mati. Persoalan Merpati, tak sekedar soal bisnis semata, tapi lebih dari sekedar itu. Merpati adalah pembuktian, apakah negeri ini bisa menjadi tuan di negeri sendiri.
“Kalau Pak Dahlan tidak bisa menerbangkan Merpati kembali karena alasan business an sich, Pak Dahlan tidak akan bisa menerbangkan Indonesia. Dia tidak boleh jadi Presiden,” ujar Sri Edi, di Jakarta, Kamis (20/2)
Guru besar ekonomi UI itu merasa heran dengan sikap Dahlan yang seperti putus asa menghadapi kondisi yang dialami Merpati. Menurut dia, terpuruknya Merpati, karena ada kesalahan manajemen. Mestinya itu yang harus diperbaiki, tidak lantas lumbungnya yang harus dibakar.
"Toh dia yang gegabah mengganti Sardjono Jhony yang berani mati menerbangkan Merpati. Pak Dahlan saya tantang untuk manufachuring miracle atau amazement. Jangan cuma hope dan textbook thinking. Indonesia "merdeka" bukan berdasar textbooks, tapi berdasar mission sacre,”katanya.
Ia berharap semua memahami dan tahu tentang mission sacre Indonesia dan posisi serta peran sacre Merpati di dalamnya. Harus dibedakan antara pembangunan Indonesia dengan sekedar "pembangunan di Indonesia". Para pemangku kebijakan dinegeri harus membedakan antara menjadi tuan di negeri sendiri dengan sekedar menjadi host bagi tamu-tamu asing di negeri sendiri.
" Saya sarankan agar PakDahlan Iskan mencari Dirut Merpati yang benar-benar mengerti kondisi Merpati saat ini. Sehingga, bisa mengeluarkan Merpati dari keterpurukan. Cari Dirut Merpati yang patriotik professional, tidak sekedar Dirut yang lulus fit and proper test semata, apa lagi yang neoliberalistik usang,” kata Sri Edi.
Ia yakin, bila para pemangku kebijakan patriotisme dan nasionalisme, akan berusaha all out menyelamatkan aset negara. Tidak lantas buru-buru menghilangkannya. Merpati dengan segala sejarahnya adalah aset bangsa yang harus diselamatkan.
Anggota Komisi VI DPR RI, Profesor Hendrawan Supratikno, juga merasa prihatin dengan kondisi PT Merpati Nusantara Airlines (PT MNA) saat ini.
Maskapai perintis penghubung wilayah nusantara itu harus bisa terbang kembali. Ia pun menyarankan, jika memang Merpati akan di terbangkan lagi, harus dipilih orang yang tepat untuk mengelolanya.
"Orangnya kombinasi antara orang dalam dan orang luar Merpati. Yang terbaik kombinasi orang dalam dan darah segar dari luar. Varitas genetika Sumber Daya Manusia (SDM) organisasi akan lebih baik bila kombinasi itu dilakukan,” ujarnya.
Kombinasi orang dalam dan luar diperlukan untuk membenahi Merpati yang sedang berdarah-darah. Orang dalam berguna untuk menjaga konsistensi. Sementara orang luar mendorong perubahan. Ia mengakui, orang dalam Merpati sering terjebak di zona kenyamanan dan berpikir jangka pendek. Sementara orang luar sebaliknya.
"Jadi kombinasi akan memfasilitasi inovasi yang realistis,” kata Hendrawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H