Empat orang dinobatkan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) sebagai pemenang Kehati Award VIII. Keempat orang peraih Kehati Award itu adalah, Aziil Anwar, Ir. Januminro, Agustinus Sasundu dan Profesor Achmad Subagio.
Aziil Anwar lelaki dari Majene, Sulawesi Barat merai Kehati Award untuk kategori Prakarsa Lestari Kehati. Aziil dianggap berjasa menumbuhkan mangrove di karang-karang mati, sementara Ir. Januminro meraih penghargaan untuk kategori Pendorong Lestari Kehati. Insinyur
dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah ini tak kenal lelah mengelola hutan gambut hak milik.
Sedangkan Profesor Achmad Subagio mendapat award untuk Cipta Lestari Kehati. Achmad adalah peneliti yang mendorong pangan lokal di lahan-lahan marjinal. Penghargaan untuk Kategori Citra Lestari diberikan pada Agustinus Sasundu dari Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara karena upayanya mempopulerkan musik bambu.
Selain kepada perorangan, Yayasan Kehati juga memberikan penghargaan kepada dua lembaga yakni kepada CV Arum Ayu dan Kelompok Studi
Ekosistem Mangrove Teluk Awur (KeSEMaT) Universitas Dipanegoro. CV Arum Ayu adalah sebuah perusahaan di Tangerang Selatan, Banten yang mengolah sumber pangan lokal dan mengajarkannya pada banyak orang. Sedangkan
KeSEMaT menjadi pemenang kategori Tunas Lestari Kehati karena upayanya menjadikan mangrove sebagai gaya hidup. Rabu, 28 Januari 2015, penghargaan Kehati Award VIII diberikan pada pemenang di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jakarta.
Dalam kata sambutannya di acara penyerahan Kehati Award, Emil Salim, pembina Yayasan Kehati mengatakan apa yang telah dilakukan oleh para
peraih Kehati Award patut dihargai setinggi-tingginya. Menurut mantan Menteri Lingkungan Hidup itu, mungkin apa yang dilakukan para pemenang belum besar. Tapi jalan mereka sudah
benar, melestarikan keanekaragaman hayati.
"Pada mereka hormat saya,"kata Emil.
Sementara itu, Ketua Pembina Yayasan Kehati Ismid Hadad, mengatakan para pemenang merupakan 'champion' karena berani melawan arus untuk mau menyelamat lingkungan. Mereka tanpa instruksi atau uluran tangan pemerintah, telah memberi kontribusi melestarikan dan merawat kenanekaragaman hayati di negeri ini. Pemberian Kehati Award itu sendiri adalah cara dari Yayasan Kehati untuk mengembangkan
upaya-upaya pelestarian lingkungan untuk tumbuh lebih besar.
"Sejak pelaksanaan Kehati Award di tahun 2000, saya selalu gembira bertemu dengan wajah-wajah baru yang bisa menjadi harapan pelestarian
keanekaragaman hayati," katanya.
Di acara yang sama, Direktur Eksekutif Yayasan Kehati MS Sembiring mengatakan pesan kuat yang ingin disampaikan yayasannya lewat penghargaan itu adalah untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap keanekaragaman hayati terutama pada isu pangan, energi, kesehatan, dan air. Isu-isu ini telah menjadi fokus rencana strategis Yayasan Kehati selama lima tahun ini. Sembiring yang juga Ketua Panitia Kehati Award VIII menambahkan para pemenang dipilih lewat proses penjurian yang ketat. Para juri berusaha keras menyaring kemudian memilih para pemenang berdasarkan kriteria-kriteria ketat
yang telah ditentukan sebelumnya.
"Kriteria itu diantaranya adalah dampak positif pada masyarakat, keberlanjutan kegiatan, dan besarnya upaya yang dilakukan diluar tugas
dan kewajiban yang diembannya," katanya.
Kehati Award sendiri adalah penghargaan tertinggi yang diberikan oleh Yayasan Kehati kepada perorangan atau kelompok yang telah mampu
melakukan pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati. Penghargaan ini telah dimulai sejak tahun 2000, dan di tahun ini
adalah pelaksanaannya yang kedelapan kali. Hingga tahun 2015, peraih Kehati Award sudah mencapai 35 orang atau kelompok.