Gedung Kementerian Dalam Negeri, sejak akhir tahun lalu, terus bersolek. Beberapa blok gedung direhab. Tembok-tembok kusam di kelupas, dan diganti dinding yang mengkilap. Bahkan sebagian ruangannya, dibongkar. Dinding beton di pugar diganti dinding kaca tebal.
Kini, bagi yang kerap datang ke gedung tempat Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi, berkantor akan merasa pangling. Suasana gedung tak lagi kaku. Terlebih setelah dinding beton di beberapa bagian gedung dipugar dan diganti kaca tembus pandang.
Halaman parkir depan gedung utama juga tak luput untuk dipercantik. Paving block di pelataran depan lobi, yang biasa dipakai tempat upacara, di bongkar, diganti yang baru. Padahal, yang lama belum rusak betul, bahkan masih kukuh. Tapi agar seirama dengan pembaruan gedung, paving block pun di bongkar.
Sekeliling pagar depan pelataran, yang tadinya hanya selesaran trotoar, kini sudah di naungi atap baja. Bersih tak seperti biasanya, berceceran sampah daun kering dan sisa bungkus rokok.
Gedung kantor Mendagri memang sedang bersolek. Bukan hanya gedung, pintu pun diganti. Tak lagi pintu manual. Tapi pintu otomatis memakai kode buka tutup. Jadi tak sembarangan orang hilir mudik bisa masuk gedung.
Jika ingin masuk, kalau tak punya kode, terpaksa menunggu penjaga membukakan pintu. Di lobi utama gedung, tempat dimana ruang kerja Mendagri berada, ada sebuah meja melingkar. Disana siaga pasukan pengamanan dalam atau biasa di sebut Pamdal. Pamdal inilah yang akan membukakan pintu, bila ada tamu bertandang dengan memencet tombol dibalik meja.
Lumayan canggih memang, karena pintu akan terbuka otomatis bila kita ingin keluar. Tapi bila hendak masuk dan tak punya kode terpaksa harus menunggu kebaikan Pamdal, atau menunggu orang yang mau keluar, agar pintu bisa terbuka sendiri.
Karena 'pintu canggih itu, yang ketiban repot adalah para pemburu berita alias wartawan yang biasa meliput di kementerian itu. Saya yang ditugaskan kantor sehari-hari meliput di sana, merasakan kerepotan itu. Biasanya, bila hendak masuk, tinggal menyelonong saja. Jika hendak 'menodong' pernyataan Mendagri, tinggal tunggu di lobi dalam.
Tapi karena pintu sudah canggih, tak bisa lagi asal masuk. Lebih repot lagi, bila hendak masuk ke ruang humas, tempat wartawan biasa mengetik berita dan menumpang istirahat. Apalagi bila sore menjelang, dan berniat mengetik hasil liputan disana.
Jika Pamdal masih ada, tinggal menunggu pencetan tombol. Tapi bila Pamdal sedang lowong, terpaksa menelpon office boy yang ada didalam. Atau mengkontak teman, yang sudah di dalam ruang.
Toilet dan wastafel di kamar mandi pun ikut diganti. Juga otomatis, tak lagi pakai kran manual, tapi memakai sensor. Agak sedikit repot bagi yang tak biasa, sebab air akan keluar dengan sensor. Misalnya wastafel, air bakal mancur jika tangan di sodorkan. Jadi tak akan ada lagi cerita lupa menutup kran.