Yuswandi Arsyad Temenggung, demikian nama dari Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri saat ini. Sebentar lagi, lelaki kelahiran Lampung itu akan mengakhiri masa tugasnya sebagai birokrat. Pada bulan Juli, ia sudah memasuki masa pensiun.
Senin, 12 Juni 2917, usai ia memberi kata sambutan dalam acara Rapat Koordinasi Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN), di Hotel Eastparc Yogyakarta, saya diberi kesempatan untuk ngobrol ngalor ngidul dengan lulusan Cornell university tersebut.
Ditemani kue kering dan secangkir teh hangat, saya ngobrol banyak dengan birokrat 'karatan' di Kementerian Dalam Negeri yang kerap disapa Pak Yus tersebut. Salah satu yang saya tanyakan, adalah awal mula karirnya di salah satu kementerian utama tersebut.
Pak Yus pun kemudian bercerita. Kata dia, bisa dikatakan karirnya di Kemendagri telah karatan. Ia sudah jadi staf di kementerian itu sejak zaman Mendagrinya Amir Machmud. Amir Machmud sendiri jadi Mendagri di era Pak Harto mulai berkuasa.
Setelah itu Amir digantikan oleh Sudarmono yang kemudian terpilih sebagai Wakil Presiden. Jabatan Mendagri selanjutnya dijabat oleh Soepardjo Rustam. Lantas kemudian berturut-turut yang jadi Mendgari adakah Rudini, Yogie S Memet, Hartono, Syarwan Hamid, Faisal Tandjung, Suryadi Sudirja, Hari Sabarno, Mochamad Ma'ruf, Mardiyanto, Gamawan Fauzi dan sekarang Tjahjo Kumolo.
Jadi kata Pak Yus, ia sudah merasakan gaya kepemimpinan mulai dari Mendgari yang berlatar militer, birokrat murni, dan politisi. Mendagri yang berlatar belakang birokrat sendiri tak lain adalah Gamawan Fauzi. Sementara yang berlatar belakang politisi adalah Tjahjo Kumolo, bosnya sekarang.
" Saya mulai berkarir mulai dari zaman Pak Amir Machmud," kata Pak Yus.
Tapi kata dia, yang langsung berkomunikasi dengan bos, dimulai zaman Suryadi Sudirja jadi Mendagri. Dan sekarang, paling intens bersentuhan langsung dengan Tjahjo Kumolo, Mendagri sekarang.
" Saya sudah merasakan backgroundnya yang militer, birokrat murni, sampai politisi senior. Pak Gamawan kan birokrat murni. Nah, Pak Tjahjo adalah politisi," kata Pak Yus.
Dan Pak Yus merasa bersyukur, selama ia berkarir di Kemendagri tak pernah mengalami situasi conflicting dengan bos besar di Merdeka Utara. " Yang pasti tak ada pemimpin yang menghendaki kepemimpinannya tak berhasil, semua ingin berhasil. Tapi gayanya mungkin berbeda-beda," kata Pak Yus.
Ia sendiri tak merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan bos baru. Prinsipnya bekerja dengan baik saja. Tak neko-neko. Jadi mau bosnya itu jenderal, birokrat atau politisi, ia pede saja.