Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Menurut Pengamat Ini, Dalam Debat Kedua, Prabowo Lebih Memikat Katanya

26 Februari 2019   20:45 Diperbarui: 26 Februari 2019   20:49 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana diskusi di Seknas Prabowo. Foto pribadi

Setiap hari Selasa, Sekretariat Nasional Prabowo-Sandiaga (Seknas Prabowo-Sandi) rutin menggela diskusi. Diskusi ini diberi bertajuk, " Topic of The Weeek." Pada Selasa, 26 Februari 2019, kembali Seknas Prabowo-Sandi menggelar gawean rutinnya. Kali ini tema yang diangkat dalam diskusi rutin Topic of The Weeek adalah  " Rezim Jokowi: Menebar Hoaks dan Kebohongan?". Sejumlah narasumber dihadirkan dalam diskusi. Mereka yang jadi narasumber adalah Siti Zuhro, Guru Besar Ilmu Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hafidz Abbas, mantan Komisioner Komnas HAM, Tony Rosyid, seorang pengamat yang juga dosen, dan Beti Nurbaiti,  Dewan Pakar Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga.

Dalam paparannya, saat jadi narasumber Tony Rosyid, mengatakan siapapun presidennya, pasti akan ia kritik.  Termasuk jika  Prabowo jadi presiden.  Sedangkan terkait debat kedua capres kemarin, ia melihat soal data-data yang diungkap datanya overload. Banyak kesalahan.

" Apakah ini by design, itu bisa kita track recordnya dalam sepanjang debatnya. Kenapa bisa salah, itu petunjuk dia tidk kuasai masalah. Jadi leadership Pak Jokowi perlu dipertanyakan dalam hal ini. Karena soal data ini menteri-menteri bisa dipanggil dan diambil datanya," kata dia.

Ia perbandingan dengan pemilihan presiden  di Amerika. Saat  jadi capres, Donal Trump dalam debat banyak menyerang lawannya.  Tapi masyarakat Indonesia tidak bisa disamakan dengan rakyat Amerika. Masyarakat pemilih di Jakarta misalnya,  80% nonton debat. Dan mereka memilih berdasarkan referensi debat. Nah, di Indonesia dalam konteks nasional preferensi pemilih bisa ditelaah dari sisi sosiologis dan dan referensi psikologis. Sebab siapapun yang menang tak linier memenangkan pertarungan di Pilpres. Ini karena faktor psikologi.

"Cek data dan cek fakta, ketika petahana masuk wajahnya seperti orang kalah. Ketika selesai debat berubah jadi wajah pemenang. Tapi Tempo Kompas dan Detikcom cenderung tidak kritik tajam tapi pasca debat kritiknya tajam-tajam. Dlm konteks ini  02 (Prabowo) memenangkan pasca debat dan secara psikologis pendukung 02 merasa menang pasca debat. Ini penilaian obyektif saya," tutur Rosyid.

Rosyid melihat Prabowo dalam debat mampu menarik hati pemilih. Ini bukan soal siapa yang menang dalam debat tapi  siapa yag paling berhasil mengambil empati dari masyarakat." Kenapa saya kritik Pak jokowi karena beliau presiden saya, presiden kita semua sebagai rakyat Indonesia. Karena itu saya sudah amanahkan beliau pimpin Indonesia," katanya.

Ia sendiri menilai, Jokowi sebagai Presiden tak sepenuhnya bertindak sebagai pengendali dalam pemerintahan. Karena banyak sekali hal-hal blunder yang tidak perlu.

" Jadi presiden itu tak harus pinter-pinter amat, yang penting terbuka dan menerima masukan dan pendapat agar bisq diambil keputusan-keputusan yang kuat. Soal apakah Pak Jokowi hoaks atau tidak, saya lebih mau  katakan bahwa data-datannya kurang pas kemarin,"katanya.

Kenapa datanya tidak pas, lanjut Rosyid,  karena di usia Jokowi,  tidak mudah lagi menghafal data-data seperti itu. Yang penting tidak salah atau tidak dalam data itu. Dan yamg paling penting adalah keterbukaan meminta maaf, sebab  data-data itu salah.

" Orang Indonesia kalau ada orang berani mengakui kesalahan itu elektabilitasnya bisa naik. Tapi kalau wajahnya ngotot meskipun datanya benar tapi kesannya ngotot pasti orang sulit memilih," katanya.

Pembicara terakhir Beti Nurbaiti, seorang dosen yang juga Dewan Pakar di Badan Pemenang Nasional Prabowo-Sandiaga menyorot soal janji atau target calon. Karena itu,  kalau ada acara, setiap ditanya oleh media,  ia selalu katakan, Prabowo targetnya adalah  bagaimana memberikan janji yang tak mungkin diwujudkan. Janji  itu yang realistis. Yang lebih fundamental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun