Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Trip

Catatan Perjalanan Meliput ke Jatinangor

6 April 2018   17:33 Diperbarui: 6 April 2018   17:42 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Naik kereta ke Bandung, memang menyenangkan, bebas macet/dokpri

Menu nasi rames sendiri terdiri dari ayam penyet, perkedel, oreg tempe kering, sambal dan nasi putih. Lumayan ada rasanya, meski tak terlalu memanjakan lidah. Saya sempat tertidur. Bangun, ketika kereta sudah masuk daerah Purwakarta. Kata pramugari kereta, selepas Purwakarta, nanti kereta akan berhenti sebentar di Cimahi, untuk menurunkan penumpang yang turun di Cimahi. Setelah itu lanjut ke Stasiun Bandung, tempat pemberhentian terakhir.

Dari jendela kereta,  saya sempat menangkap pemandangan indah, pesawahan yang menghijau, juga bukit-bukit kecil yang masih rimbun dengan pepohonan. Pemandangan yang jarang di temui di ibukota. Dari jendela kereta juga, mata bisa menikmati secuil suasana pemukiman warga di sepanjang jalur rel kereta.

Di stasiun Cimahi, kereta berhenti sejenak untuk menurunkan penumpang. Kemudian bergerak lagi menuju stasiun pemberhentian terakhir di Bandung. Di Cimahi, saya sempat tanya Bang Ken," Jam berapa Bang?"

"Sudah jam 18.24," jawab Bang Ken.

Bang Ken, salah satu wartawan yang juga ikut ke Bandung. Ia wartawan JPNN.com, salah satu portal berita milik Grup Jawa Pos, grup media milik Dahlan Iskan yang juga mantan Menteri BUMN di era Presiden SBY.

Menjelang pukul 19.00,kereta pun tiba di stasiun Bandung. Dari stasiun, kami ngekor ikut rombongan Pak Menteri (Mendagri). Kata Pak Acho, Pak Menteri mau ngajak makan malam. " Mau ngajak makan mie babat," kata Pak Acho, saat mau naik mobil.

Suasana Bandung malam itu, ramai. Lalu lintas cukup padat. Tapi makan malam di warung mie babat batal, karena warung tutup. Acara makan malam dialihkan ke rumah makan Sunda Bi Imas. Rumah makan ini,ada di daerah Balong Gede, Bandung. Di seberangnya rumah makan Ampera, yang juga terkenal dengan menu masakan Sundanya.

Di rumah makan Bi Imas, semua menu dipajang di meja panjang. Jadi pembeli, tinggal tunjuk menu yang mau disantap. Menunya cukup lengkap, mulai dari ikan mas goreng, bermacam pepes, sayur asem, macam ragam olahan daging ayam, lalapan sambel sampai karedok, semuanya makanan khas Sunda.

Pembeli di rumah makan Sunda Bi Imas malam itu cukup ramai. Saya dan beberapa wartawan, sampai harus menunggu dulu, agar dapat tempat duduk. Menjelang pukul 9 malam,Pak Menteri berangkat duluan menuju Jatinangor. Baru setengah jam kemudian, kami menyusul, karena tadi ada yang belum selesai makan.

Tiba di Jatinangor, menjelang pukul 22.00. Suasana Jatinangor malam itu,masih ramai. Warung makanan baik yang kaki lima maupun yang rumah makan permanen masih banyak yang buka. Jatinangor  sendiri  adalah daerah pendidikan. Di Jatinangor, ada beberapa kampus  universitas besar, antara lain kampus ITB, IPDN, IKOPIN dan UNPAD, dengan ribuan mahasiswanya. Ini yang membuat Jatingor tetap hidup. Bahkan wajah Jatinangor terus berubah. Kini bermunculan hotel dan apartemen, bahkan pusat perbelanjaan.

Tadinya, kami mau menginap di Easton Park, apartemen yang bisa disewakan. Tapi batal. Kami akhirnya menginap di guest house milik Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kemendagri (PPSDM Kemendagri). Pukul 22.00 lewat kami tiba di guest house PPSDM Kemendagri. Hawa dingin langsung menyergap. Bahkan malam itu, kabut turun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun