Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mas Fahri, Kisah e-KTP Itu Ibarat Nonton Film Thriller, Nikmati Saja

4 Juli 2017   21:58 Diperbarui: 4 Juli 2017   23:06 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: malesbanget.com

Okelah hak angket itu adalah hak parlemen. Tapi kok rasanya lucu, jika hak angket itu dipakai untuk menyelidiki kasus yang diduga menyeret banyak anggota parlemen. Itu kan sama saja, hak jeruk makan jeruk. Yang mau menyelidiki adalah anggota dewan, yang mau diselidiki anggota dewan juga. Piye toh kalau begini. Jeruk makan jeruk. Jeruk menyelidiki jeruk. 

Kalau kemudian publik curiga, sangat - sangat wajar itu terjadi. Ya, saya hakul yakin jika publik tak percaya dengan hak angket kasus e-KTP. Wong, DPR mau selidiki dirinya sendiri. Ini sama saja seperti pepatah, tak akan ada maling yang akan ngaku. Apalagi yang menyelidiki temannya sendiri. 

Jadi, nuwun sewu mas, sebaiknya jenengan sabar saja. Nikmati saja efisode demi efisode dari kisah e-KTP ini. Anggap saja Mas sedang nonton film thriller. Ya, kalau mas tak suka film thriller, anggap saja nonton film horor. Menegangkan dan menakutkan. Tapi bukan film horor seperti bangkit kubur atau kuntilanak, tak begitu seru dan menakutkan. Anggap saja, Mas sedang menonton film Conjuring tapi dalam versi korupsi. 

Di efisode pertama, sudah mulai terlihat, siapa tokoh-tokoh antagonisnya. Ya, sederhananya,  tokoh yang jadi penjahatnya sudah mulai kelihatan. Tinggal nikmati saja plot ceritanya. Lumayan menegangkan memang. Ya, lumayan juga banyak kejutan. Bukankah film seperti ini yang enak ditonton. Penuh kejutan, sarat dengan ketegangan. Ini baru namanya film mas....

Tapi kalau mas sukanya sinetron, apa boleh buat. Kisah  seperti kasus e-KTP, tak enak kalau dibuat sinetron. Ceritanya akan membosankan. Mudah ditebak. Dan seringnya membodohi penonton. Tontonan tipu tipu kalau kata anak kecil sekarang. 

Nah, misalnya plot hak angket akan dimasukan dalam jalan cerita kasus e-KTP, saya pikir jatuhnya akan jadi seperti sinetron. Jalan cerita membosankan. Aktornya juga tak kalah membosankan. Terlalu kentara aktingnya. Tidak natural. Beda kalau dibuat film thriller. Menegangkan mas. 

Karena itu saya mohon, tolong jangan buat kisah e-KTP jadi sebuah sinetron. Kisah itu lebih cocok untuk genre film triller. Tolong mas, biar kami, dapat tontonan bermutu. Tontonan yang menegangkan.  Sudah bosan kami disuguhi tontonan ala sinetron. Cukup Pak Hary Tanoe yang menjejali kami dengan sederet sinetronnya. Mosok Mas juga mau ikut-ikutan ngasih kita tontonan tak bermutu. 

# Tulisan ketika hak angket masih cuap-cuap

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun