Saat kita sedang melaju kendaraan di perjalanan, acapkali sering dikagetkan oleh bunyi tot, tot, tot sirine yang terdengar di belakang. Bunyi itu adalah isyarat pengendara untuk memberi jalan atau menepi. Itu bunyi sirine dari mobil pengawal pejabat. Biasanya jika di Jakarta, sirene nyaring di jalan, adalah tanda bahwa seorang menteri akan lewat.
Pengendara yang kaget, kerap menggerutu. Bahkan mendumel. Apalagi bila jalanan macet, bunyi tot, tot, tot, sirine pengawal acapkali tiada henti berbunyi dan bikin bising telinga. Sumpah serapah sering terdengar dari pengendara yang terganggu. Mereka menganggap, betapa arogannya pejabat yang hendak mau lewat tapi tak mengerti situasi jalan yang merayap macet.
Tapi, ternyata tak semua pejabat kala lewat selalu memberi isyarat dengan bunyi sirine yang memekakan telinga. Ada sebuah testimoni tentang pejabat yang tak doyan membunyikan sirine. Testimoni atau kisah tentang pejabat yang tak arogan itu diceritakan oleh Pak Yotam Sugihyono di laman Facebooknya.
" Tidak Selamanya Pejabat Arogan di Jalan". Demikian judul testimoni Pak Yotam di laman media sosial. Dalam testimoninya, Pak Yotam bercerita, pagi itu, ia baru saja keluar dari RSCM mengantarkan sang istri. Kala keluar dari halaman rumah sakit plat merah itulah, ia berpaspasan dengan rombongan mobil pejabat. Di depan mobil pejabat ada satu mobil polisi pengawal. Ia pun mencatat plat nomor polisi yang tertera di mobil sedan hitam : RI 20.
Awalnya karena rombongan pejabat akan lewat, ia akan 'dipaksa' minggir. Namun ia heran, bunyi sirine yang biasa selalu berbunyi memekakan telinga tak terdengar. Tak ada klakson, isyarat ia harus minggir.
"Wah pasti saya akan diklakson, dibunyikan sirene dan disuruh minggir. Tapi kok sirene enggak bunyi ya? Saya kemudian sengaja memberikan jalan mereka lebih dahulu," tulis Pak Yotam dalam testimoninya.
Pak Yotam pun melajukan kendaraan dengan perlahan, hingga ia kemudian sampai di lampu merah perempatan RSCM-Salemba. Ia pun berhenti di lampu merah karena akan belok ke arah kanan. Sekilas ia menengok ke arah rombongan mobil menteri yang lengkap dengan mobil pengawalnya. Ia lihat, mobil dengan plat nomor RI 20 juga ikut berhenti. Padahal akan berbelok ke kiri. Ia mengingat, RI 20 adalah plat mobil dinas dari Menteri Dalam Negeri. Pak Yotam menebak, pasti yang di dalam mobil adalah Tjahjo Kumolo, Menteri Dalam Negeri saat ini.
" Belok kiri di tempat itu boleh jalan terus. Namun karena arus lalu lintas yang padat, membuat mobil RI 20 berhenti dan tidak dapat berbelok ke kiri," tulis Pak Yotam lagi.
Setelah lampu lalu lintas berwarna hijau, Pak Yotam pun menginjak gas, melaju kan mobilnya belok arah kanan. Sepanjang menyetir ia berpikir dan tersenyum senang. Ia merasa senang, rombongan mobil menteri itu tak mengganggu pengendara lainnya dengan bunyi sirine yang memekakan telinga. Dan, ia senang, rombongan menteri itu tak lantas minta di istimewakan, dengan menghalau pengendara lainnya untuk minggir memberi jalan.
Namun mobil R 20 beserta pengawalnya dengan sabar tetap berhenti, sampai lampu lalu lintas berwarna hijau, lalu meneruskan perjalanan berbelok ke kiri. Tak satu pun, sirine berbunyi. Bahkan, mobil pengawal menteri itu membiarkan dari arah kanan (Salemba) untuk jalan lebih dahulu.
" Puji Tuhan masih ada pejabat yang tidak arogan di jalan. Mari kita berkendara yang baik di jalan, terlebih jalanan di Jakarta yang terkenal dengan macetnya, " kata Pak Yotam, mengakhiri testimoninya.