Obrolan pun dimulai. Kian lama kian cair. Bahkan beberapa kali Soedarmo melemparkan kalimat dengan nada becanda. Tak ada raut kaku dan misterius. Padahal, Soedarmo menurut pengakuannya, sejak lulus dari Akademi Militer, sebagian besar penugasannya di bidang intelijen.
Dia pernah bertugas di Dili, bersama Gatot Nurmantyo, Panglima TNI sekarang. Gatot sendiri adalah kakak kelasnya di Akmil. Karirnya memang lebih banyak di institusi intelijen. Pernah bertugas di Pusat Intelijen Angkatan Darat, kemudian masuk BIN. Di BIN, dia pernah jadi Direktur Wilayah Sumatera dan Kalimantan. Kemudian dia jadi Kepala BIN Daerah Kalimantan. Sampai kemudian diangkat jadi staf ahli BIN. Dan terakhir, dia ditarik Menteri Tjahjo jadi Dirjen Polpum.
Melihat latar belakangnya, Soedarmo memang layak jadi Dirjen Polpum. Karena salah satu tugas direktorat ini adalah melakukan deteksi dini terhadap segala potensi konflik yang mungkin terjadi di semua daerah di Indonesia.
" Saya ini ibaratnya sejak lahir sudah jadi intel. Maksud saya, sejak lulus dari Akmil, penugasan saya sebagian besar di bidang intelijen," katanya.
Kini Soedarmo sedang membangun direktorat yang dipimpinnya jadi mata dan telinga Kemendagri. Maka, kini ia lansir program pelatihan intelijen bagi aparatur Kesbangpol di daerah. Kata dia, bekal ilmu dan teknik intelijen sangat penting dalam menjalankan tugas deteksi dini. Tanpa itu, deteksi dini tak akan maksimal.
Tak terasa waktu sudah sore. Mengobrol dengan Soedarmo ternyata mengasyikan. Dia bisa tertawa terbahak, dan juga pintar bercanda. Katanya, banyak senyum dan tertawa adalah baik bagi kesehatan. Itu obat awet muda. " Tapi jangan tertawa terus, itu namanya orang gila ha.ha.ha," katanya sambil tergelak.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H