Lama tak terdengar, tiba-tiba saya menerima pesan pendek dari seorang staf di Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum atau biasa disingkat Ditjen Polpum tentang Jenderal Tanribali Lamo. Direktorat jenderal itu dulu bernama Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik atau disingkat Kesbangpol. Dulu, Dirjennya adalah Tanribali Lamo, seorang mayor jenderal asal Bugis. Saat ini, setelah berganti nama jadi Ditjen Polpum yang jadi Dirjen adalah Soedarmo, juga mayor jenderal, eks staf ahli di Badan Intelijen Negara atau BIN.
Isi pesan pendek yang saya terima berisi hasil survei lansiran LSI, sebuah lembaga survei. Saya tak tahu, LSI yang dimaksud dalam pesan pendek itu adalah Lembaga Survei Indonesia yang didirikan Sjaiful Mujani, atau Lingkaran Survei Indonesia yang digawangi Denny JA.
Hasil survei yang disampaikan via pesan pendek itu tentang tingkat elektabilitas dan popularitas calon gubernur di Sulawesi Selatan. Nama Tanribali Lamo bertengger di hasil survei tersebut. Â Dalam pesan yang dikirimkan ke saya disebutkan survei LSI bakal calon gubernur Sulsel 2018, dikeluarkan pada Jumat 25 September 2015 pukul 17.23 Wita di Makassar. Â Bakal calon dengan tingkat popularitas tertinggi dipegang oleh Agus Arifin Numang, dengan perolehan tingkat popularitas sebesar 52 persen. Diikuti oleh Nurdin Abdullah, dengan prosentase 48 persen.
Agus Arifin Numang sendiri adalah Wakil Gubernur Sulses saat ini. Dia jadi kawan duet Syahrul Yasin Limpo, dua periode. Sementara Nurdin Abdullah, adalah Bupati Bantaeng, salah satu kabupaten yang dikenal sukses.
Di bawah Nurdin, bertengger inisial bakal calon IAS. Saya tak tahu, kepanjangan dari inisial IAS itu. Tingkat popularitasnya menurut hasil survei LSI, mencapai 45 persen. Baru kemudian tertera nama Jenderal Tanri, dengan tingkat popularitas sebesar 40 persen. Di bawah Jenderal Tanri, ada bakal calon dengan inisial IYL. Tingkat popularitasnya sebesar 30 persen.
Berikutnya Akbar Faizal, politisi Partai Hanura yang meloncat ke NasDem. Anak buah Surya Paloh itu, popularitasnya sebesar 20 persen. Terakhir, Lutfi Muthi, dengan tingkat popularitas 8 persen. Menurut pesan pendek itu, survei LSI menggunakan sistim acak dengan melihat tingkat kredibilitas, elektabiltas, keterpilihan dan kepatutan orang per orang.
" Beliau Pak Tanri belum bergerak sama sekali," kata si pengirim pesan.
Ia yakin, bila Pak Tanri sudah bergerak, dan memang punya niat maju, tingkat popularitas dan elektabilitasnya bakal melejit. Setelah membaca pesan itu, ingatan saya pun langsung melayang, mengingat kembali sosok Jenderal asal Bugis.
Jenderal Tanri yang saya kenal, orangnya ramah. Tutur katanya lembut, tak meledak-ledak. Ia dikenal sebagai jenderal yang religius. Tak pernah telat untuk sholat lima waktu. Bahkan kata stafnya, Jenderal Tanri, rajin dzikir. Kalau berdoa usai shalat suka lama.
Beberapa kali saya pernah mengobrol dengan Jenderal Tanri kala dia masih jadi Dirjen. Dan kesan yang tertanam dalam ingatan saya, Tanri adalah sosok jenderal yang santun. Ia enak diajak mengobrol ngalor ngidul. Pun kalau dikirimi pesan pendek, dia pasti akan membalas. Apakah sang jenderal akan maju gelanggang? Baiknya saya kirim pesan pendek padanya menanyakan, apakah dia akan kembali maju ke 'medan perang', medan kontestasi politik?
Â