Saya ikut tertawa, sembari dalam hati mengucap syukur, Alhamdulillah, selamat sampai tujuan dan berdoa, semoga pulangnya pun kembali selamat. Dan, Alhamdulillah, pulangnya selamat sampai mendarat kembali di Bandara Kualanamu, Medan.
Akhirnya saya juga tahu, kenapa Mendagri sebelum pesawat terbang mengudara memanggil-manggil Pak Acho. Ternyata Mendagri tahu, Pak Acho agak takut kalau naik pesawat terbang. Pak Acho sendiri usai pesawat mendarat mengatakan, ia lebih suka naik pesawat kecil ketimbang naik pesawat besar seperti Boeing. Alasannya, kalau dengan pesawat kecil, mata bisa menangkap pemandangan lebih luas.
Pengalaman kedua naik pesawat kecil, saya alami ketika hendak meliput kegiatan Mendagri ke Desa Long Nawang, Kalimantan Utara, menjelang peringatan hari kemerdekaan, 17 Agustus 2015. Mendagri sendiri datang ke Long Nawang, sebuah desa di pedalaman Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia untuk jadi inspektur upacara peringatan hari kemerdekaan disana. Kedatangan Mendagri sendiri sangat ditunggu-tunggu oleh warga Desa Long Nawang, karena sejak desa itu berdiri hingga sekarang, ini pertama kali dalam sejarah, ada seorang menteri mau menginjakan kaki di desa tersebut.
Dan kembali saat menuju Long Nawang, saya harus menumpang pesawat kecil bernumpang 12 orang. Tapi kali ini, saya tak terbang satu pesawat dengan Mendagri, karena mesti pergi duluan ke Long Nawang. Saya terbang ke Long Nawang dari Tarakan pada tanggal 16 Agustus 2015. Sementara Mendagri pergi ke Long Nawang esoknya pada tanggal 17 Agustus. Karena sudah punya pengalaman naik pesawat kecil, saya tak terlalu kebat-kebit saat pesawat yang saya tumpangi mulai mengudara.
Dari Bandara Juwata, Tarakan, pesawat yang saya tumpangi terbang menuju bandara kecil di Desa Long Ampung, desa yang letaknya tak jauh dari Long Nawang. Baru dari Long Ampung, saya dan beberapa wartawan lain yang ikut menempuh perjalanan darat, menggunakan mobil berpenggerak ganda atau double gardan.
Jalan dari Long Ampung ke Long Nawang masih jalan tanah yang bergelombang. Maka, praktis sepanjang kurang lebih satu jam, badan di guncang ke kiri dan ke kanan. Sekitar pukul tiga waktu setempat, saya bersama wartawan lainnya tiba di Desa Long Nawang, tempat upacara peringatan hari kemerdekaan yang akan dihadiri Mendagri dilangsungkan. Pinggir desa, mengalir sungai besar. Airnya masih jernih. Kata Pak Ihim Surang, mantan Camat Kahiyan Hulu, yang menyambut kami, itulah sungai Kayan.
Desa Long Nawang sendiri bisa dikatakan salah satu desa di pedalaman Kalimantan Utara. Desa ini dihuni oleh mayoritas Suku Dayak Kenyah. Rata-rata rumah yang ada di Long Nawang, adalah rumah panggung dari kayu. Suasana desa cukup ramai. Bendera Merah Putih di pasang sepanjang jalan desa. Mulai dari mulut sampai ujung desa, semarak dengan jejeran bendera Merah Putih.
Sore itu juga saya sempat menyaksikan para warga yang sedang latihan tari Kancet Ajai, sebuah tarian 'perang' khas Suku Dayak Kenyah. Tarian inilah yang akan diperagakan untuk menyambut kedatangan Mendagri pada 17 Agustus nanti. Saya dan yang lainnya menginap satu malam di Long Nawang.
Pagi-pagi saya sudah bangun. Setelah sarapan, saya turun ke jalan desa. Suasana desa sudah semarak. Warga berjubel pinggir jalan. Para penari yang akan menyambut Mendagri pun sudah siap. Tiba-tiba Pak Acho, salah satu staf Humas Kemendagri mengajak saya untuk ikut menjemput Mendagri di bandara kecil yang ada di Long Nawang. Ya, pesawat yang membawa Mendagri sendiri tak mendarat di Long Ampung, tapi langsung mendarat di Long Nawang. Menggunakan mobil saya dan Pak Acho, ditemani Carlos dan Adin, dua wartawan yang juga ikut meliput ke Long Nawang, pergi ke bandara kecil pinggir desa.
Hanya beberapa menit saya pun tiba di bandara kecil tersebut. Bandara Long Nawang, ternyata hanya tanah lapang berumput. Tak ada landasan aspal. Di pinggir lapangan, nampak sebuah bangunan dari kayu yang berfungsi sebagai terminal bandara. Dan setelah beberapa lama, terdengar bunyi raungan mesin pesawat di udara. Saya mendongak ke atas, terlihat pesawat kecil sedang bersiap mendarat.
Pesawat pun perlahan turun ke bawah, lalu mendarat dengan mulus. Pesawat yang turun mendarat ternyata lebih kecil ukurannya dari pesawat yang membawa saya dari Tarakan ke Long Ampung. Kata Pak Ihim Surang, pesawat yang membawa Mendagri dan rombongan adalah pesawat dengan kapasitas tujuh penumpang.