Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Malaysia Macam-macam, Mereka yang Rugi"

29 Agustus 2015   17:36 Diperbarui: 29 Agustus 2015   17:48 3804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada perayaan hari Kemerdekaan RI ke-70, Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, memilih untuk ikut upacara di Desa Long Nawang di Kalimantan Utara, ketimbang di Istana Negara. Namun, Tjahjo menyatakan, ketidakhadirannya dalam upacara bendera di Istana Negara, sudah seizin Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahkan, Presiden Jokowi, mendukungnya. Karena sudah dapat 'restu', ia pun mantap pergi ke Long Nawang, menjadi inspektur upacara hari kemerdekaan di desa tersebut. 

Desa Long Nawang sendiri yang masuk wilayah Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara, adalah salah satu desa terluar di Indonesia. Desa Long Nawang, berbatasan langsung dengan Malaysia. Desa ini bisa dikatakan adalah desa pedalaman, karena memang untuk menempuh kesana tak gampang. Jika pakai jalur darat, dari Samarinda harus menempuh jarak 400 kilometeran. Dan, jalan yang harus dilalui, bukan jalan biasa yang beraspal mulus. Tapi, jalan yang masih berupa jalan tanah. Jalan darat ini juga mesti melewati sungai dan hutan belantara.

Mobil yang dipakai ke Long Nawang dari Samarinda, bukan mobil keluarga biasa seperti Avanza, Xenia atau mobil sejenisnya. Tapi mobil berpenggerak ganda atau biasa disebut mobil double gardan yang bisa melahap rute jalan ke Long Nawang. Namun jika memang punya niat ke Long Nawang, sebaiknya dilakukan saat bukan musim hujan. Karena jika melancong saat musim hujan, boleh jadi anda akan menderita. Bahkan perjalanan bisa gagal, karena meluapnya sungai yang membuat jalan darat tak bisa dilewati.

Pilihan lainnya bisa lewat jalur udara. Dari Balikpapan, bisa terbang ke Tarakan. Lalu dari Tarakan, nyambung pakai pesawat kecil ke sebuah bandara kecil di Desa Long Ampung, desa yang berbatasan dengan Long Nawang. Dari Long Ampung, jarak ke Long Nawang cukup dekat, hanya sekitar satu jam perjalanan darat. Lagi-lagi, jalan dari Long Ampung ke Long Nawang, adalah jalan tanah.

Nah, kedatangan Mendagri, Tjahjo Kumolo ke Long Nawang sendiri sangat istimewa, setidaknya bagi warga Long Nawang. Karena sejak Indonesia merdeka, baru kali ini ada menteri yang datang menginjakan kaki ke desa yang dihuni oleh mayoritas Suku Dayak Kenyah tersebut. Bahkan mungkin, selama 120 tahun, baru ada pejabat negara yang datang kesana. Ya, desa Long Nawang sendiri menurut penuturan seorang warganya, sudah berumur 120 tahun. Cukup tua ya.

Saya sendiri bisa menginjakan kaki ke Long Nawang, karena diundang oleh Kementerian Dalam Negeri untuk meliput kegiatan Mendagri di desa tersebut. Terutama meliput upacara peringatan hari Kemerdekaan di Long Nawang. Ya beginilah sukanya jadi wartawan, kerap 'melancong' kemana-mana karena diundang. Itung-itung bekerja sambil 'melancong'.

Nah, usai jadi inspektur upacara hari kemerdekaan, Menteri Tjahjo dibawa ke Balai Adat yang letaknya tak jauh dari lapangan tempat upacara di gelar. Di Balai Adat itu, Menteri Tjahjo dianugerahi gelar Lencau Ingan oleh Ketua Adat Besar Suku Dayak Apo Kayan. Menurut keterangan Bupati Malinau, Yansen TP, Suku Dayat Apo Kayan, adalah sebutan bagi suku-suku Dayak yang berdiam sepanjang aliran Sungai Kayan, yang memang alirannya membelah pinggiran Desa Long Nawang. Jadi ini semacam perhimpunan suku-suku Dayak. Dan, Suku Dayak Kenyah, adalah kelompok suku Dayak terbesar di sana.

Lencau Ingan sendiri adalah sebuah gelar terhormat. Lencau artinya harimau. Harimau, adalah hewan yang sering disebut raja hutan. Juga sering dipakai sebagai simbol keberanian. Sementara Ingan, adalah bangsawan Suku Dayak legendaris, yang terkenal dengan jiwa kepemimpinannya. Ingan, seorang pemberani, tapi juga bijaksana.

Nah, usai acara pemberian adat itulah, Mendagri langsung dikerubuti para wartawan. Berbagai pertanyaan dimuntahkan para kuli tinta, mulai dari soal Pilkada, perbatasan dan tentang upacara kemerdekaan itu sendiri. Ada pertanyaan tentang langkah Malaysia yang memutus jalan penghubung Indonesia dan negara tersebut. Soal ini, saya sudah dapat ceritanya dari mantan Camat Kecamatan Kahiyan Hulu, Ihim Surang. Kata Pak Ihim, di daerah Tapak Mega, wilayah Malaysia, pihak negeri jiran pernah memutus jalan penghubung. Akibatnya, banyak warga dari Indonesia yang kesulitan untuk mendapatkan bahan-bahan seperti sembako. Karena ke Tapak Mega, mereka biasa membelinya. Di sana, ada semacam toko milik perusahaan kayu Malaysia. Kata Pak Ihim lagi, pihak Malaysia sebenarnya sangat diuntungkan. Sebab dalam sehari, mereka menangguk ratusan juta rupiah dari para warga Indonesia yang belanja ke sana.

Saat dimintai tanggapannya soal pemutusan jalan oleh Malaysia, dengan tegas Mendagri, Tjahjo Kumolo mengatakan, " Pihak Malaysia yang rugi sendiri," katanya.

Jadi kata Menteri Tjahjo, jangan takut kalau Malaysia macam-macam. Toh, mereka pun punya ketergantungan kepada Indonesia. Dan, ia tegaskan pula, pemerintah tak akan tinggal diam. Proyek pembangunan jalan penghubung yang akan menghubungkan wilayah perbatasan ke Samarinda bakal dikebut. Bila itu sudah selesai, tentu arus transportasi bakal lancar. Pun, distribusi barang-barang pun ikut lancar. " Jadi jangan takut," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun