Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Yang Saya Benci di Jalan Raya

12 Maret 2012   18:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:09 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13315941421127646719

[caption id="attachment_176121" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS)"][/caption] Katanya budaya berlalu lintas di negeri ini payah. Mungkin benar adanya. Terutama di kota besar seperti Jakarta yang jumlah kendaraan roda empat dan duanya begitu banyak, sampai seperti tak tertampung ruas jalan. Karena banyak perilaku pengguna jalan, yang menurut saya mencerminkan betapa payah dan buruknya budaya berlalu lintas. Dan perilaku ini yang saya benci. Pertama, ngerumpi di jalanan. Untuk perilaku ini, saya sering menangkap aksi ngerumpi di tengah jalan. Biasanya dilakukan pengendara roda dua. Dua motor berjejeran dan asyik mengobrol, bahkan ditimpahi cekikikan. Entah gosip apa yang sedang diobrolkan. Tapi mereka seperti merasa jalanan seperti warung kopi saja, tanpa peduli di belakangnya banyak pengendara lain dan membunyikan klakson karena kesal. Sadar sebentar, setelah itu kembali ngerumpi dan cekikikan. Kedua, perokok jalanan. Untuk yang satu ini, tak satu dua kali saya menemui pengendara yang asyik menghisap rokok sambil menyetir motor. Dan yang bikin saya benci, caranya buang abu api rokok, dijentik sembarangan. Jentikan abu rokok yang masih menyala pun cerai berai di bawa angin. Pengendara di belakang yang kena akibat, mesti waspada agar tak kena percik abu rokok. Ketiga, pengendara pencinta handphone atau maniak telepon yang tak peduli dimana pun berada yang penting nelpon. Dan rasanya di jalanan ibukota pengendara maniak telepon gampang ditemui. Mereka dengan asyiknya ber-sms ria sambil menyetir motor atau pegang kemudi mobil. Atau menelpon ria, sambil mengendarai kendaraan. Maka, kalau ada pengendara motor kepalanya angguk-anggukan ke bawah dan kedepan, serta stang motor di pegang satu tangan, dipastikan ia sedang bersms atau ber-BBM ria. Karena tangan satunya pegang handphone. Kepalanya sebentar-bentar dongak ke bawah, lalu kembali dongak ke depan. Maniak telepon yang tak tahu tempat, bukan milik si pengendara roda dua. Pengemudi mobil banyak melakukan itu. Makanya kalau ada mobil jalannya kayak keong padahal jalanan sedang sepi, coba salip dan tengok pasti yang akan keluar dari mulut kita," Ooo pantesan kayak keong, supirnya sambil nelpon sih," Keempat, nah ini sih bikin menambah pusing dan mumet kepala. Bayangkan di jalan, kepala sudah di pusingkan dengan macet yang rutin, tiba-tiba terdengar bunyi knalpot seperti kaleng rombeng. Pusing jelas bertambah dengan dongkol, kesal dan marah. Mulut pun biasanya tak sadar mengumpat. " Ini orang sudah stres dengan macet, malah nambah bikin stres dengan bunyi knalpot, punya otak enggak sih," Semoga mereka tak kena batunya, tapi ya sadarlah, di jalan juga ada etikanya. Ada budayanya, kata orang pintar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun