Karena sudah bernadzar, bahwa ketika saya sudah gajian pertama kali, maka ibu yang jadi prioritas untuk merasakan keringat anaknya. Kebetulan ketika itu, saya masih bujangan, tapi sudah ada wanita cantik yang saya kenal di internet, sedang dekat-dekatnya.
Dengan tangan gemetar, saya pun memencet angka rupiah, yang diniatkan akan saya weselkan ke kampung, maklum ibu tak terlalu ngeh dengan transaksi ATM. Pun kampung saya yang lumayan jauh dari ATM.
Sekian rupiah saya ambil. Sebagian untuk di weselkan ke kampung. Sebagian lagi, saya ingin berbagi kebahagian dengan 'si pujaan hati'. Malamnya, saya sepenuh hati menulis surat. Maksud saya, mengabarkan pada sang bunda, bahwa anaknya tercinta sudah berpenghasilan di ibukota.
Lainnya, saya berkirim pesan pendek pada pujaan hati, bahwa malam minggu nanti ingin mengajak di sebuah tempat makan romantis, usainya berlanjut untuk menonton film di bioskop.
Dan wesel pun terkirim bersama surat pada ibu. Malam minggu pun terasa indah, bak juragan yang pegang banyak fulus, memesan menu yang selama ini selalu menggoda. Bahagia rasanya, melihat pujaan hati asyik memilih menu yang akan disantap. Rasanya malam itu saya menjadi konglomerat. Bisa memesan menu makanan yang selama ini selalu beribu pertimbangan untuk memesannya.
Gaji pertama yang penuh cinta...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H