Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Negeri Tanpa Budaya Malu

14 September 2011   17:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:57 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di negeri matahari terbit, seorang pejabat akan merasa malu jika melakukan sebuah kesalahan, yang mungkin di Indonesia kesalahan sepele. Si pejabat tak segan-segan untuk mundur dari jabatannya, demi menebus rasa malu itu.


Dalam sebuah diskusi tentang rangkap jabatan di Indonesia, seorang peserta diskusi memaparkan contoh-contoh betapa budaya malu begitu kental di negeri seberang. Serta betapa keringnya tanah air dengan contoh budaya malu itu.


Kebetulan saya hadir dalam diskusi itu, dan apa salahnya saya munculkan di kompasiana, mungkin saja bisa bermanfaat untuk direnungkan.


Menurutnya, mungkin Jepang adalah negeri dengan budaya malu paling kental seantero negeri. Katanya, baru-baru ini Menteri Rekonstruksi di Jepang mengundurkan diri. Alasan pengunduran dirinya kalau di Indonesia sepele saja dan kerap terjadi.


" Menteri rekontruksi Jepang baru-baru ini mengundurkan diri, karena pernyataannya yang dianggap meresahkan. Ia mengatakan kota yang dilanda bencana sebagai kota kematian. Pernyataan itu mendapat pro kontra. Dia merasa bersalah lalu memutuskan untuk mundur dari jabatannya," kata dia.


Lalu contoh lainnya dari budaya malu yang benar-benar telah menjadi ruh para pejabatnya datang dari Selandia Baru. Di negeri itu, pernah seorang menteri perumahannya mengundurkan diri, hanya karena ia membeli anggur seharga 1000 dollar menggunakan kartu kredit dinasnya. Lalu ketahuan, dan ia pun karena malu lantas mengajukan pengunduran diri dari jabatannya sebagai menteri.


Tapi di Indonesia, ia melanjutkan, ada seorang Ketua DPR mengeluarkan pernyataan kontroversi yang menyinggung rakyatnya, tak merasa malu, apalagi mengundurkan diri.


" Kan di kita Ketua DPR, pernah mengatakan, siapa suruh tinggal ditepi pantai. Jadilah terkena tsunami. Juga pernah menyatakan ketika ramai-ramainya kontroversi rencana pembangunan gedung baru DPR, bahwa rakyat kecil itu tak mengerti dan tak bisa diajak ngomong tentang gedung DPR. Bagi rakyat yang penting perut terisi, sungguh pernyataan yang menyepelekan rakyat," tuturnya.


Tapi si pejabat negara itu, tak seperti pejabat di negeri matahari terbit, merasa malu dan bersalah lantas mengundurkan diri. Tak seperti itu. Tapi terus menjabat, dengan hanya secuil pernyataan maaf, yang terkesan basa-basi.


Juga baru-baru ini menteri yang anak buahnya menerima suap, anteng-anteng saja dengan jabatannya. Padahal jika di Jepang, si menteri sudah mengundurkan diri, karena malu tak bisa mengatur, mengawasi anak buahnya. Tapi di Indonesia, memang jabatannya bukan pengabdian.


" Para menteri kan selalu berkilah, jabatannya itu adalah kepercayaan, amanah dari presiden. Maka kalau presidennya tak mencopot ia merasa aman dan tak merasa malu terus menjabat. Makanya, kalau saya jadi presiden, saya panggil menteri itu dan saya akan katakan, anda gagal menjadi atasan bagi anak buah anda, dengan terpaksa saya copot anda dari jabatan," paparnya berapi-api.


Semoga presiden membaca ini. Dan menjadi contoh bagi tumbuhnya budaya malu di negeri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun