Badannya boleh kecil. Tapi meski ia kecil, gerakannya seperti kancil, binatang mungil, yang cerdas dan pintar. Dialah Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden yang pernah disebut Buya Syafii Ma'arif, sebagai The Real President. Sebutan itu disematkan Buya Syafii, saat Kalla masih menjadi Wakil Presiden.
Kini, Kalla tak lagi ada di lingkaran utama partai. Terakhir aktif di partai, ketika ia menjadi Ketua Umum Partai Golkar, sebuah partai 'tua' yang pernah digjaya di era Orde Baru. Kalla kini bisa dikatakan hanya orang biasa. Tapi kegiatannya tak pernah berhenti. Si Kancil asal Bugis ini, masih trengginas, loncat kesana kemari. Jabatannya, sebagai Ketua Palang Merah Indonesia (PMI), salah satu organisasi kemanusian terkemuka di Indonesia, membuatnya seperti tak pernah istirahat. Apalagi saat banyak daerah didera bencana, waktunya nyaris tersita untuk menangani ini, memimpin pasukan PMI yang kini dinakhodainya.
Tapi, bukan berarti karena sudah 'pensiun' dari ketua partai, nilai jual politiknya berkurang. Justru Si Kancil from Bugis ini, masih memiliki magnet. Namanya kembali disebut, sebagai tokoh yang paling pantas menjadi calon wakil presiden. Bahkan, Kalla Si Kancil asal Bugis itu, laris manis, dipasangkan dengan siapapun ia cocok. Ia jadi penambah daya jual bagi capres yang mungkin bakal meminangnya. Setidaknya itu yang dicatat lembaga survei lewat survei-surveinya.
Survei paling anyar dikeluarkan Charta Politika, salah satu lembaga kajian dan survei politik terkemuka di Tanah Air. Dalam survei Charta bertajuk, "Analisis Perilaku Pemilih Di Pemilu Legislatif 2014 : Pengaruh Kekuatan Tokoh dan Media," Ini, nama Jokowi, untuk posisi capres tetap tak tergoyahkan. Elektabilitasnyaa melesat meninggalkan para pesaing terdekatnya, seperti Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie. Tapi, untuk posisi cawapres, si Kancil dari Bugis adalah 'rajanya'.
Dalam survei Charta, Kalla menempati urutan pertama sebagai tokoh yang paling tepat sebagai cawapres. Kalla, Kancil trengginas dari Bugis ini mendulang dukungan 20,1 persen responden. Di urutan dua, bertengger nama Dahlan Iskan. Menteri BUMN ini, dianggap paling tepat jadi cawapres oleh 10,1 persen. Di posisi tiga, Mahfud MD, yang dinilai layak sebagai cawapres oleh 7,8 persen.
Di posisi empat, Ahok. Responden yang mendukung pemilik nama lengkap Basuki Tjahaja Purnama ini sebagai cawapres, sebanyak 5,6 persen. Berikutnya Hary Tanoesoedibjo dengan 5,4 persen. Lalu Hatta Rajasa (5,1 persen). Disusul Yusril (4,0 persen), Rhoma Irama (2,9 persen), Anies Baswedan (2,8 persen) dan Marzuki (1,8 persen).
Nah, sekarang yang ditunggu publik, adalah siapa cawapres yang paling tepat bagi Jokowi. Sigi Charta mencatatkan, Jusuf Kalla adalah orang atau tokoh yang dinilai oleh publik paling tepat mendampingi capres PDI-P. Responden yang menyatakan Kalla paling tepat, sebanyak 20,3 persen.
Di posisi dua, Ahok dianggap paling tepat oleh 11,6 persen responden. Sementara Dahlan Iskan dianggap layak mendampingi Jokowi oleh 9,5 persen. Berikutnya Hatta Rajasa (5,7 persen), Anies Baswedan (2,8 persen), Anies (2,8 persen), Yusril Ihza Mahendra (2,6 persen) dan Rhoma Irama (1,8 persen).
Kalla, kancil cepat dari Bugis juga laris di kandang beringin. Ia disebut oleh responden, orang yang tepat mendampingi Aburizal Bakrie. Yang menyebut Kalla layak berduet dengan Ical, sebanyak 17,8 persen. Disusul Dahlan Iskan (10,1 persen), Mahfud MD (8,9 persen), Hatta Rajasa (6,6 persen), Anies Baswedan (2,3 persen), Ahok (2,0 persen) dan Rhoma Irama (2,0 persen).
Dalam sigi Charta Politika juga, Kalla dianggap cawapres yang tepat bagi Prabowo. Ia dinilai tepat mendampingi Prabowo oleh 17,2 persen. Menyusul di bawahnya Dahlan Iskan dengan dukungan 11,2 persen. Setelah itu Mahfud MD (8,1 persen), Hatta Rajasa (8,0 persen), Yusril Ihza Mahendra (3,1 persen), Hary Tanoesoedibjo (2,1 persen) dan Anies Baswedan (2,0 persen).
Survai Charta sendiri menurut Direktur Eksekutifnya, Yunarto Wijaya, dilakukan pada 1-8 Maret 2014, menggunakan metode wawancara tatap muka. Responden yang dilibatkan 1.200 orang. Mereka yang menjadi responden adalah warga negara Indonesia atau yang telah berusia 17 tahun keatas. Margin of error +/- 2,83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.