Begitu juga dengan iklan Hanura, NasDem dan PAN. Iklannya Pak Wiranto bersama Pak Hary Tanoe, atau iklan Pak Paloh dengan suara baritonnya, dan juga Pak Hatta dengan iklan PAN, PAN delapannya, masuk kategori sering nongol menyapa pemirsa di rumah. Tapi, dari sisi elektabilitas, ketiga partai ini, justru kalah oleh PKB, partainya Cak Imin, yang meski beriklan tapi tak sesering Hanura, NasDem atau PAN.
Mas Djayadi Hanan pun, selaku Direktur Riset SMRC, menyimpulkan, iklan yang ditabur di televisi, tak menjamin itu akan mendongkrak elektabilitas. Atau dalam kata lain, iklan-iklan itu tidak mempunyai efek langsung pada elektabilitas partai. Pak Ical boleh saja bilang, padi telah menguning, tapi faktanya orang lebih banyak suka memakai baju merah. Boleh saja, saat memanen bulir padi yang menguning, mereka juga ramai-ramai mengenakan baju merah, warna kebesaran dari partai banteng. Toh, dalam bursa survei partai, PDI-P masih di puncak klasmen. Pun dalam liga memperebutkan tiket ke Istana, Mas Jokowi, masih diatas angin, sementara Pak Ical tercecer di urutan tiga, masih kalah oleh Pak Prabowo yang mengisi posisi dua untuk urusan elektabilitas capres.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H